PARA pelaku industri asuransi ingin menebar optimisme. Namun, ambisi untuk meraih pertumbuhan yang lebih tinggi dari capaian 2016 tidaklah mudah. Terutama, industri asuransi umum. Sebab, kondisi perekonomian masih belum sekuat yang diinginkan banyak kalangan.
Per triwulan pertama 2017 pertumbuhan ekonomi hanya 5,10%. Inflasinya pun terbilang rendah, bahkan pada Maret mengalami deflasi 0,02%. Artinya, ada indikasi daya beli masyarakat masih lemah. Sinyal melemahnya konsumsi masyarakat yang menyumbang 58% terhadap produk domestik bruto (PDB) pun terlihat dan imbasnya akan dirasakan para pelaku bisnis.
Industri asuransi umum akan sangat terpengaruh oleh kondisi sektor riil. Secara industri, premi industri asuransi umum pada 2016 hanya tumbuh 5,85% atau pertumbuhan terendah selama lima tahun terakhir.
Stagnasi sejumlah sektor bisnis tidak mampu membesarkan kue pasar yang semestinya bisa dinikmati industri asuransi umum. Penjualan kendaraan roda empat naik tipis 4,78% menjadi 1,06 juta, bahkan sepeda motor anjlok 9,27% menjadi 5,93 juta unit. Kredit perbankan pun hanya tumbuh 7,85%. Begitu pula dengan pasar properti yang masih lemah. Langkah bank sentral merelaksasi ketentuan loan to value (LTV) dari 80% menjadi 85% untuk kredit pemilikan rumah (KPR) pertama pada akhir Agustus 2016 tak mampu mendongkrak daya beli masyarakat.
Penurunan penjualan otomotif dan stagnasi penjualan properti sangat memengaruhi pertumbuhan produksi premi asuransi umum, mengingat kedua sektor tersebut menyumbang 57,28% terhadap pendapatan premi bruto pada 2016. Ketika kue pasarnya tidak membesar, kompetisi memperebutkan premi terjadi sangat panas. Menurut Biro Riset Infobank (birI), dari 76 perusahaan asuransi umum, ada 29 perusahaan yang mengalami penurunan premi bruto tahun lalu. Namun, ada 21 perusahaan asuransi umum yang mampu mencetak pertumbuhan premi dua digit.
Artinya, perusahaan asuransi umum yang berhasil meraih pertumbuhan tinggi harus memakan pangsa pasarnya para pesaing. Bahkan, market leader di pasar asuransi kendaraan bermotor, yaitu Asuransi Astra Buana, mengalami penurunan pendapatan premi sebesar 5,58%. Penurunan premi perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari grup Astra International ini berlawanan dengan kenaikan penjualan kendaraan roda empat grup Astra yang naik 15,80%, tapi linier dengan turun tipisnya penjualan sepeda motor yang diproduksi grup ini.
Dalam “Rating 126 Asuransi Versi Infobank 2017” yang mengukur kinerja keuangan pada 2016, hanya ada 12 perusahaan asuransi jiwa dan 32 perusahaan asuransi umum yang meraih predikat “sangat bagus”. Bagaimana kinerja perusahaan-perusahaan asuransi pada 2017? Semuanya dibahas tuntas di Majalah Infobank edisi Juni 2017. (*)
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume impor susu Indonesia pada periode Januari-Oktober 2024 sebesar 257,30… Read More
Jakarta - PT Bank Digital BCA (BCA Digital) berhasil mencatatkan kinerja keuangan impresif pada kuartal… Read More
Jakarta - PT Bank Seabank Indonesia atau SeaBank kembali mencatat kinerja keuangan yang positif, ditandai… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor pada Oktober 2024 sebesar USD21,94 miliar atau naik 16,54… Read More
Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) berencana mengambil alih (take over)… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor pada Oktober 2024 mengalami peningkatan. Tercatat, nilai ekspor Oktober… Read More