News Update

Rasio Likuiditas Menurun, BI Klaim Stabilitas Keuangan Masih Terjaga

Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai stabilitas sistem keuangan masih tetap terjaga disertai dengan intermediasi perbankan yang meningkat, meski rasio likuiditas (AL/DPK) perbankan pada Agustus 2018 menurun menjadi 18,3 persen dibandingkan dengan posisi dibulan sebelumnya yang tercatat sebesar 19,8 persen.

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, menurunnya rasio likuiditas perbankan tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi dibandingkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Adapun pertumbuhan kredit Agustus 2018 tercatat sebesar 12,1 persen, sedangkan pertumbuhan DPK tercatat sebesar 6,9 persen.

“Ada Gap antara DPK dan kredit. Sebenarnya 4 tahun terakhir pertumbuhan DPK sangat rendah, karena banyak sekali yang menaruh dananya di Surat Berharga Negara (SBN),” ujar Erwin di Gedung BI, Jakarta, Selasa, 23 Oktober 2018.

Baca juga: BI: Likuiditas Perbankan 92% Perlu Diwaspadai

Sementara pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, Medium Term Notes (MTN), dan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) selama Januari-Agustus 2018 sebesar Rp146,1 triliun (gross), turun dibandingkan dengan periode yang sama 2017 sebesar Rp183,7 triliun.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, stabilitas sistem keuangan yang masih terjaga juga tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang tercatat masih tinggi yakni 22,8 persen. Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yaitu sebesar 2,7 persen (gross) atau 1,3 persen (net).

Dengan adanya perkembangan tersebut, Bank Sentral memprakirakan pertumbuhan kredit hingga akhir tahun ini masih berada dalam kisaran proyeksi BI yang sebesar 10-12 persen (yoy), sementara pertumbuhan DPK diprakirakan akan mengalami perlambatan, atau berada di batas bawah kisaran proyeksi yang sebesar 8,0-10 persen (yoy).

“Kalau kita lihat pertumbuhan kredit merata hampir disemua pulau di Jawa, Sumatera, hanya Sumbar dan Bali saja yang tumbuhnya masih belum merata,” ucapnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Siap-Siap! Transaksi E-Money dan E-Wallet Terkena PPN 12 Persen, Begini Hitungannya

Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More

15 mins ago

Kemenkraf Proyeksi Tiga Tren Ekonomi Kreatif 2025, Apa Saja?

Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More

26 mins ago

Netflix, Pulsa hingga Tiket Pesawat Bakal Kena PPN 12 Persen, Kecuali Tiket Konser

Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More

1 hour ago

Paus Fransiskus Kembali Kecam Serangan Israel di Gaza

Jakarta -  Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More

1 hour ago

IHSG Dibuka Menguat Hampir 1 Persen, Balik Lagi ke Level 7.000

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More

3 hours ago

Memasuki Pekan Natal, Rupiah Berpotensi Menguat Meski Tertekan Kebijakan Kenaikan PPN

Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More

3 hours ago