Keuangan

Rahasia Cuan Investasi Saham ala Direktur Venteny

Poin Penting

  • Kaleb Solaiman, CFO Venteny, berinvestasi 100 persen pada saham karena dianggap liquid, transparan, dan memberi potensi dividen, serta telah mempelajari instrumen ini sejak 1988.
  • Ia mengingatkan investor untuk tidak FOMO, melainkan memahami fundamental emiten, karakteristik perusahaan, hingga konsistensi pembagian dividen sebelum membeli saham.
  • Penelitiannya sebagai doktor Ilmu Ekonomi mengungkap faktor-faktor yang memengaruhi keputusan investasi saham perbankan.

Jakarta – Setiap orang mempunyai preferensi dan caranya masing-masing dalam berinvestasi. Begitu pula dengan Kaleb Solaiman selaku Group Chief Financial Officer (CFO) PT Venteny Fortuna International Tbk (Venteny).

Di saat sebagian orang memilih safer investment seperti obligasi, reksa dana, atau emas, Kaleb lebih memilih instrumen saham sebagai satu-satunya aset investasi yang ia percaya.

Kaleb mengatakan, ia sudah tertarik dan memperdalam instrumen saham sejak 1988, dan mulai berinvestasi pada awal 2000. Ia menyatakan bahwa saham saat ini adalah satu-satunya aset investasi yang ia miliki.

“Saya hanya investasi di saham. Iya (100 persen di saham), kalau bagi diri saya, ya,” ujar Kaleb saat ditemui pasca sidang terbuka promosi doktor di Universitas Trisakti Jakarta, Senin, 8 Desember 2025.

Baca juga: Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Menurutnya, saham adalah salah satu investasi yang liquid, dan memiliki bonus pembagian dividen di luar profit margin saham itu sendiri.

“Karena satu liquid. Kedua bisa dilihat juga, dan ketiga dapat dividen,” ucap Kaleb.

Jangan FOMO

Namun, ia tetap mewanti-wanti para investor, khususnya investor pemula untuk benar-benar memperhatikan fundamental emiten dan mengetahui teori-teori investasi saham, agar tidak terjebak konsep fear of missing out (FOMO) semata.

Ia menerangkan, kegagalan dalam berinvestasi di saham ibaratkan biaya sekolah. Di tahap awal, tentu para investor pemula akan mengalami kegagalan, begitu pula dengan dirinya saat memulai investasi di saham.

Dari sana, Kaleb belajar pentingnya mempelajari fundamental suatu emiten sebelum berinvestasi, dan mulai investasi dari sedikit demi sedikit, untuk menghindari kerugian yang terlalu dalam.

“Tapi jangan FOMO. Kita benar-benar pelajari dulu fundamentalnya, karakteristik perusahaan, pemilik, dividennya juga. Jika perusahaan itu untung, tapi tidak bagi dividen, ada apa?” jelasnya.

Menurutnya, secara teori, dividen dibagikan bila perusahaan tidak butuh uang. Akan tetapi, di satu sisi, investor butuh uang melalui dividen yang dibagikan.

“Banyak emiten-emiten besar mereka bagi dividen. Kalau perusahaan tidak bagi dividen, ada apa? Apakah hanya bagus di atas kertas?” sambungnya.

Lebih jauh, ia menyinggung saham-saham initial public offering (IPO) yang banyak diincar oleh investor retail karena menjanjikan profit margin yang tinggi.

Ia memandang, hal tersebut sah-sah saja selama para investor telah mempelajari aspek fundamental emiten terkait, seperti apakah emiten tersebut atau pemilik melakukan IPO murni untuk mencari dana masyarakat atau sekadar strategi saham.

“Bila saham strategik itu tolong hati-hati. Saham yang tiba-tiba naik dari Rp3.000 ke Rp12.000, turun lagi ke Rp3.000. Naik lagi ke Rp8.000, kayak kora-kora. Apakah itu menguntungkan? Tergantung. Kalau Anda bisa masuk di Rp3.000, jual di Rp8.000, pasti dibilang bagus. Bila anda beli di Rp12.000, jual di Rp3.000, ya nyangkut di pucuk. Kalau FOMO ya nasib,” cetusnya.

Sebagai informasi, Kaleb Solaiman baru saja berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Ekonomi pada Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Trisakti, Senin (8/12), dengan disertasi berjudul Determinan Keputusan Investasi Saham Perbankan Dimediasi PBV dan Dimoderasi Size Bank.

Baca juga: Komisi XI DPR RI Setujui Peningkatan Minimum Free Float Saham 10-15 Persen

Dalam disertasinya, Kaleb meneliti faktor-faktor determinan yang memengaruhi keputusan investor ketika memilih saham perbankan dan sektor yang menjadi pilar utama stabilitas ekonomi nasional.

Penelitian tersebut mengungkap berbagai variabel yang memengaruhi perilaku investor, termasuk kinerja fundamental, kondisi makroekonomi, transparansi perusahaan, transformasi digital perbankan, hingga rumor di masyarakat terkait suatu saham atau emiten (noise).

Hasil penelitian ini diharapkannya dapat memberikan kontribusi akademik sekaligus wawasan praktis yang relevan bagi pelaku industri, analis pasar, hingga regulator yang memetakan arah kebijakan sektor keuangan. (*) Steven Widjaja

Galih Pratama

Recent Posts

Perusahaan Sekuritas Dibobol, Bank Mega Beri Saran Ini

Poin Penting Bank Mega menyoroti kerentanan instruksi pencairan dana karena bank hanya menerima instruksi dari… Read More

1 hour ago

Begini Cara Huawei Tingkatkan Inklusi Keuangan Digital

Poin Penting Huawei mendorong adopsi AI di industri keuangan Indonesia, dengan fokus pada teknologi yang… Read More

3 hours ago

Industri TPT Didorong Lebih Berdaya Saing, Pemerintah Siapkan Grand Design

Poin Penting Pemerintah mendorong penyusunan grand design industri TPT untuk meningkatkan daya saing global sektor… Read More

3 hours ago

Bos Indolife Pensiontama Andreas S. Soedjijanto Masuk Top 100 CEO 2025 Versi Infobank

Poin Penting Dirut Indolife Pensiontama, Andreas S. Soedjijanto, masuk jajaran Top 100 CEO 2025 versi… Read More

3 hours ago

IHSG Ditutup Menguat ke 8.700, GTSI, BUMI, dan MORA Jadi Top Gainers

Poin Penting IHSG ditutup menguat 0,51% ke level 8.700,92, mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah.… Read More

4 hours ago

Tingkatkan Layanan, Bea Cukai Luncurkan Website dengan Wajah Baru

Poin Penting Bea Cukai meluncurkan website baru www.beacukai.go.id sebagai bagian dari transformasi digital dengan tampilan… Read More

4 hours ago