Keuangan

PwC Ungkap ASEAN Punya Potensi Menjadi Pionir Ekonomi Digital

Jakarta – Perusahaan penyedia jasa profesional PricewaterhouseCoopers (PwC) memuji perkembangan ekonomi digital rumpun negara Asia Tenggara (ASEAN).

Menukil CNBC pada Kamis, 30 November 2023, mereka bahkan tidak segan menyebut kalau ASEAN akan mempelopori perkembangan ekonomi digital.

Ekonomi digital ASEAN tumbuh pesat kala pandemi Covid-19, di mana kala itu orang-orang diimbau tidak keluar rumah. Dengan demikian, pemerintah dan masyarakat harus berinovasi agar tetap bisa bertransaksi seperti biasa, namun tidak harus meninggalkan tempat tinggal.

Baca juga: Sinergi OJK, Asosiasi, dan Pelaku Industri Fintech Perkuat Ekosistem Ekonomi Digital RI

Contoh pertumbuhan ekonomi digital yang masif di ASEAN dapat dilihat dari transaksi menggunakan dompet elektronik atau e-wallet.

Menurut data PwC, total transaksi e-wallet di ASEAN mencapai USD22 miliar atau sekitar Rp341,56 triliun pada 2019. Transaksi itu bahkan diperkirakan akan melampaui USD114 miliar, sekitar Rp1.769 triliun pada 2025.

Masih menurut PwC, ekonomi digital ASEAN bisa tumbuh kuat pada 2030, menghasilkan sekitar USD1 triliun. Angka tersebut diperoleh karena berbagai faktor, terutama kerangka atau fondasi digital yang kuat.

Di ASEAN, ditemukan lebih dari 460 juta konsumen digital, populasi muda dan paham teknologi, serta meningkatnya penetrasi internet.

“Ketika semakin banyak pemain yang memasuki persaingan dengan model bisnis baru dan industri menjadi semakin terfragmentasi, kami melihat persaingan menuju puncak menjadi semakin intens,” tutur PwC.

“Peningkatan ketersediaan dan kenyamanan pembayaran digital ini akan membuat sebagian besar penduduk di kawasan ini memanfaatkan produk keuangan digital yang umum, seperti dompet elektronik, sehingga semakin mempercepat perluasan layanan keuangan,” lanjut mereka.

Meskipun begitu, PwC memberi saran agar para pemerintah ASEAN menurunkan hambatan digitalisasi bagi pedagang akan mendorong layanan keuangan digital. Mereka menyebut mayoritas bisnis di sana adalah usaha kecil dan menengah yang kurang memahami digital dan manfaatnya, serta tidak mampu menanggung biaya terkait.

Baca juga: Menko Airlangga: Potensi Ekonomi Digital ASEAN Bisa Tembus USD2 T di 2030

Agar layanan pembayaran digital dapat memberikan dampak yang lebih besar, PwC menyarankan pemerintah memberi fokus kepada aksesibilitas, kesederhanaan, dan keterjangkauan, sekaligus mengatasi hambatan kepercayaan.

“Para pelaku industri harus terlebih dahulu memahami tren global yang membentuk kembali masa depan pembayaran, sebelum mulai mempersiapkan bisnis mereka di masa depan,” tukas mereka. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Galih Pratama

Recent Posts

Siap-Siap! Transaksi E-Money dan E-Wallet Terkena PPN 12 Persen, Begini Hitungannya

Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More

10 mins ago

Kemenkraf Proyeksi Tiga Tren Ekonomi Kreatif 2025, Apa Saja?

Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More

20 mins ago

Netflix, Pulsa hingga Tiket Pesawat Bakal Kena PPN 12 Persen, Kecuali Tiket Konser

Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More

1 hour ago

Paus Fransiskus Kembali Kecam Serangan Israel di Gaza

Jakarta -  Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More

1 hour ago

IHSG Dibuka Menguat Hampir 1 Persen, Balik Lagi ke Level 7.000

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More

3 hours ago

Memasuki Pekan Natal, Rupiah Berpotensi Menguat Meski Tertekan Kebijakan Kenaikan PPN

Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More

3 hours ago