Moneter dan Fiskal

Purbaya Ungkap Penyebab Perlambatan Ekonomi Januari-Agustus 2025

Poin Penting

  • Menkeu Purbaya menyebut perlambatan ekonomi Januari–Agustus 2025 dipicu salah urus fiskal di dalam negeri, bukan semata karena faktor global, dan kini telah diperbaiki.
  • Ekonomi mulai pulih pada kuartal III 2025 dengan pertumbuhan 5,04 persen, ditopang konsumsi domestik, ekspor, dan akselerasi belanja pemerintah.
  • Pemerintah optimistis pertumbuhan kuartal IV 2025 mencapai 5,6–5,7 persen, didukung stimulus fiskal dan kebijakan likuiditas Rp200 triliun di Himbara.

Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyebut perlambatan ekonomi Indonesia pada periode Januari-Agustus 2025 tidak semata dipicu ketidakpastian global, melainkan juga akibat persoalan tata kelola di dalam negeri.

Menurut Purbaya, pemerintah telah melakukan pembenahan pada pengelolaan fiskal yang sebelumnya membuat laju pertumbuhan ekonomi tertahan.

“Kalau dilihat dari sini, perlambatan ekonomi kita sepanjang delapan bulan pertama tahun ini bukan karena faktor global semata. Bahkan mungkin bukan karena faktor global, tetapi karena salah urus di dalam negeri yang sudah kita perbaiki,” ujar Purbaya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis, 27 November 2025.

Purbaya menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2025 mencapai 5,04 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Kinerja tersebut ditopang oleh permintaan domestik dan ekspor yang tetap kuat.

Investasi juga tercatat solid seiring dengan akselerasi belanja pemerintah setelah sempat melambat pada awal tahun.

“Ekspor meningkat dan konsumsi pemerintah tumbuh 5,49 persen, sejalan dengan akselerasi belanja pemerintah pada kuartal III yang meningkat dan diperkirakan terus berlanjut pada kuartal IV,” tambahnya.

Baca juga: PDB 2025 Belum On Track, Legislator Ini Dukung Purbaya Kendalikan Belanja K/L

Sementara dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar PDB dengan pertumbuhan 4,89 persen (yoy), sedangkan PMTB tumbuh 5,04 persen (yoy). Angka ini mencerminkan daya beli relatif masih terjaga, meski dorongan fiskal sebelumnya terlambat disalurkan.

“Ini sudah kami perbaiki, dan ke depan saya pastikan belanja pemerintah pada kuartal I tahun depan akan terus tumbuh. Kami akan mencegah keterlambatan belanja agar dorongan fiskal terhadap ekonomi tetap kuat,” imbuhnya.

Belanja Pemerintah dan Kebijakan Likuiditas

Bendahara negara ini mengakui bahwa belanja pemerintah sempat menahan ekonomi karena kontraksi pada kuartal I sebesar 1,37 persen dan kuartal II sebesar 0,33 persen. Kuartal III yang kembali tumbuh positif 5,5 persen menjadi tanda perbaikan mulai bekerja.

Lebih lanjut, kebijakan penempatan dana pemerintah senilai Rp200 triliun di himpunan bank milik negara (himbara) sebagai langkah membalikkan sentimen dan likuiditas ketika perekonomian melambat. Menurutnya, kebijakan tersebut meredam ketidakpuasan publik yang sempat menguat pada pertengahan tahun.

“Kalau kita tidak balik ekonominya, kita dalam keadaan bahaya, bukan DPR saja, pemerintah juga utamanya. Langkah pemerintah membalikkan dengan Rp200 triliun tadi sudah berhasil memicu optimisme dan memicu sedikit ekonomi kita, jadi setelah mereka disurvei lagi di Oktober sudah naik lagi ke level yang tinggi dan di November level 118 ini dibilang level tertinggi sepanjang sejarah,” pungkasnya.

Baca juga: Mulai 2027, Perusahaan Wajib Sampaikan Laporan Keuangan ke Purbaya

Dengan begitu, Purbaya optimistis pertumbuhan kuartal IV 2025 akan mencapai 5,6-5,7 persen. Sementara secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi 2025 diproyeksi 5,2 persen. Sehingga, momentum ini perlu dijaga lewat kebijakan berkesinambungan dan belanja yang tepat waktu.

“Saya berharap ekonomi kita tumbuh lebih baik pada triwulan IV tahun ini. Dengan berbagai stimulus, kami memperkirakan pertumbuhan bisa mencapai 5,6-5,7 persen. Jika itu tercapai, momentum ekonomi akan berbalik dari perlambatan menuju percepatan, dan secara keseluruhan tahun ini kita dapat mencapai pertumbuhan 5,2 persen,” tukas Purbaya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Irawati

Recent Posts

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

13 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

14 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

15 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

16 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

1 day ago

Muamalat DIN Dukung Momen Liburan Akhir Tahun 2025

Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More

1 day ago