Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah). (Foto: Irawati)
Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menilai perlunya pembaruan atau alat ukur baru untuk menghitung kondisi likuiditas perbankan yang mencerminkan situasi nyata di lapangan.
Menurut Purbaya, pembacaan kondisi bank yang disebut “banjir likuiditas” terjadi hampir setiap tahun. Bahkan pada 2020-2021 saat pandemi COVID-19 melanda, regulator seperti OJK, LPS, dan Bank Indonesia (BI) tetap menyatakan likuiditas perbankan mencukupi, padahal kondisi sebenarnya justru ketat.
“Semuanya bukan OJK, keuangan, BI, semuanya selalu bilang LPS selalu dibilang ample. Padahal kalau lihat datanya ke bank susah, tight. Jadi ya, mesti dilihat lagi alat ukur yang pas untuk melihat kondisi likuiditas yang real,” kata Purbaya dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Jumat, 17 Oktober 2025.
Baca juga: Kemenkeu Salurkan Rp200 Triliun, LPS: Perkuat Likuiditas Bank
Purbaya mengaku, saat masih menjabat sebagai Bos LPS dan mengikuti rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), ia menilai rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tidak menggambarkan kondisi riil perbankan.
“Artinya alat ukurnya salah. Saya minta dulu mereka LPS juga suruh kembangkan alat ukur yang baru, sampai sekarang belum ada, AL/NCD dan AL/DPK kan itu hitungannya itu nggak menggambarkan keadaan di lapangan, kalau enggak kita nggak melambat kayak kemarin ekonominya harus riset baru,” ungkapnya.
Baca juga: Membaca Arah Purbayanomic di Tengah Jebakan Pertumbuhan 5 Persen
Ia menambahkan, beberapa kali dirinya telah mengusulkan agar dirumuskan alat ukur baru dalam rapat KSSK. Kini, ia telah meminta tim dari Kementerian Keuangan untuk memperdalam kajian mengenai metode pengukuran kondisi pasar keuangan.
“Di internal tadi saya sudah minta mereka belajar lebih dalam untuk melihat alat-alat yang bisa melihat kondisi pasar finansial dengan benar dan in advance. Jadi semacam early warning system di sistem finansial,” bebernya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting IPCM bagikan dividen interim tahun buku 2025 sebesar Rp4,40 per saham atau total… Read More
Poin Penting TKD hingga November 2025 terealisasi Rp795,6 triliun atau 91,5 persen dari pagu APBN,… Read More
Poin Penting RUPSLB GPSO menyetujui perubahan susunan direksi dan dewan komisaris, termasuk pengunduran diri empat… Read More
Poin Penting RUPSLB Bank Mandiri pada 19 Desember 2025 resmi mengangkat Zulkifli Zaini sebagai Komisaris… Read More
Poin Penting RUPSLB Bank Mandiri (BMRI) 19 Desember 2025 memutuskan perombakan jajaran dewan komisaris, sementara… Read More
Poin Penting Pemerintah menyalurkan Rp268 miliar ke Aceh, Sumut, dan Sumbar untuk 3 provinsi dan… Read More