News Update

Punya Potensi besar, Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Masih Minim

Jakarta – Potensi ekonomi dan perbankan syariah di Indonesia masih sangat besar. Baik itu selama masa pandemi maupun setelah pandemi berakhir, Ekonomi dan perbankan syariah tetap punya potensi untuk tumbuh.

Hal ini disampaikan oleh Direktur utama BCA Syariah John Kosasih dalam Webseminar Potensi Ekonomi Syariah Pasca Pandemi yang diselenggarakan Infobank, Selasa, 27 Oktober 2020.

“Pertumbuhan perbankan syariah itu lebih tinggi dari perbankan konvensional. Even during pandemi,” ujarnya.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juli 2020 aset perbankan syariah mampu tumbuh 10%, lebih tinggi dari pertumbuhan aset industri perbankan nasional yang naik 5,5%. Dari sisi pembiayaan, industri perbankan hanya tumbuh 1,5% sedangkan perbankan syatiah mampu tumbuh 10,3%.

John mengatakan potensi ini disebabkan kondisi masyarakat Indonesia yang merupakan mayoritas muslim atau 87% dari total penduduk atau 12,7% dari populasi muslim di seluruh dunia. Selain itu, Indonesia juga merupakan pasar industri halal terbesar di dunia.

John memaparkan, total halal market di dunia berdasarkan global islamic report mencapai USD2,2 triliun atau sekitar 33 000 triliun rupiah. Sedangkan Indonesia mencapai 10% dari spending global halal market dunia atau USD220 miliar.

“Saya kira ini adalah jumlah yang tidak bisa dikatakan kecil. Pertanyaannya adalah 4800 triliun ini apakah sudah menggunakan bank syariah semua? Itu tantangan kita di regulator maupun di praktisi,” ujar John.

Saat ini di Indonesia erdapat 34 bank syariah di Indonesia yang terdiri dari 14 bank umum syariah (BUS) dan 20 unit usaha syariah (UUS). Ada juga 58 asuransi syariah 7 modal ventura syariah, 163 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) dan lebih dari 5500 koperasi syariah.

Meskipun memiliki potensi yang besar, Menurut John tingkat literasi dan inklusi industri keuangan syariah masih perlu ditingkatkan. Survey OJK tahun 2019 menunjukkan Indeks literasi keuangan syariah baru sekitar 8,9% sedangkan inklusi keuangan syariah baru 9,2%.

“Saya kira ini merupakan tantangan bagi kita semua bagaimana mendorong agar literasi dan inklusi keuangan syariah dapat terus meningkat sehingga meningkatkan market share perbankan syariah,” ujar John (*) Dicky F. Maulana

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

30 mins ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

30 mins ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

3 hours ago

Dukung Pemulihan, BTN Salurkan Bantuan Rp13,17 Miliar untuk Korban Bencana Sumatra

Poin Penting BTN telah menyalurkan total bantuan Rp13,17 miliar melalui Program TJSL untuk korban bencana… Read More

5 hours ago

Obligasi Hijau, Langkah Pollux Hotels Menembus Pembiayaan Berkelanjutan

Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More

19 hours ago

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

1 day ago