Bank Emas BSI
Jakarta – Praktisi Pasar Modal Reza Priyambada menilai, kehadiran layanan bank emas atau bullion bank yang kini dimiliki PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) bisa memperkuat ekosistem bisnis logam mulia perseroan.
Ia menuturkan, BSI bisa memanfaatkan momen hadirnya bullion bank untuk menjadi lembaga intermediary transaksi emas.
“Terlebih, emas sebagai salah satu instrumen investasi idaman masyarakat Indonesia memiliki rekam jejak harga yang cenderung positif,” katanya, dikutip Selasa, 4 Maret 2025.
Sebagai gambaran, dinukil laman Logam Mulia pada Selasa (4/3/2025), harga emas Antam mengalami kenaikan sebesar Rp25.000, dari sebelumnya Rp1.679.000 menjadi Rp1.704.000 per gram. Adapun harga jual kembali (buyback) emas batangan Rp1.553.500 per gram.
“Momen dari sentimen market di mana membuat pelaku pasar maupun masyarakat beralih ke emas sebagai sarana investasi safe heaven bisa dimanfaatkan oleh BSI untuk menarik masyarakat dan pelaku pasar untuk dapat bertransaksi,” jelasnya.
Menurutnya, dengan adanya layanan BSI Bank Emas membuat perseroan dapat menyusun skema promosi maupun hal teknis lainnya terkait transaksi logam mulia dengan nasabah. Sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan maupun para nasabahnya.
Baca juga : Simpanan Emas di Bullion Bank Bakal Dijamin LPS? Begini Penjelasannya
Dia juga menyebut bahwa BSI dapat melakukan diversifikasi produk dengan menawarkan layanan yang beragam. Mulai dari jasa simpan pinjam emas, penyimpanan emas batangan, gadai emas, cicil emas, maupun inovasi lainnya.
Reza menambahkan, izin bisnis bulion dapat dimanfaatkan BSI untuk memperkuat ekosistem bisnis emas yang ada. Dengan demikian perseroan semakin mampu untuk menjaga transaksi nasabah.
“Harapannya tentunya dengan adanya perkembangan inovasi bullion bank ini dapat memberikan nilai tambah sehingga dapat meningkat kinerjanya,” bebernya.
Terpisah, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan dengan hadirnya layanan bisnis baru, yaitu BSI Bank Emas, perseroan akan semakin mendorong ekosistem bisnis logam mulia agar semakin hidup.
“Produk-produk emas BSI termasuk pengelolaan bullion bank, merupakan unique differentiator dari BSI yang memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar lagi dengan meningkatnya tren investasi emas di masyarakat,” kata Hery menegaskan.
Bahkan, kata Hery, bisnis emas di BSI dapat dikatakan sebagai new game changer. Oleh karena itu perseroan bersyukur bisa menjadi salah satu yang dipilih oleh pemerintah menjadi bank emas pertama di Tanah Air.
“Ini menjadikan cikal bakal dari pada pertumbuhan bisnis emas yang lebih lengkap secara ekosistem,” ujarnya optimistis.
Baca juga : OJK Sebut Risiko Simpan Emas di Bullion Bank Ditanggung Nasabah, Ini Penjelasannya
Hal tersebut beralasan kuat. Selama ini, kata dia, BSI kerap memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak dalam memperkuat ekosistem bisnis emas.
Salah satunya, pada akhir November tahun lalu perseroan menempuh langkah strategis untuk memberikan solusi investasi yang aman terpercaya dan mendorong pendalaman sektor keuangan syariah melalui industri emas melalui kerja sama dengan PT Hartadinata Abadi Tbk.
Melalui kerja sama tersebut perseroan meluncurkan BSI Gold. Produk tersebut merupakan logam emas batangan eksklusif berlogo BSI dengan karatase 99,99 persen yang memiliki standar SNI, dan telah memperoleh rekomendasi Kesesuaian Syariah dari MUI yang dapat dimiliki masyarakat melalui produk BSI Cicil Emas.
Sementara itu, terkait bisnis logam mulia, BSI menunjukkan kinerja yang sangat positif sepanjang 2024. Bahkan bisnis BSI tersebut terdorong oleh antusiasme nasabah kaum muda yang tinggi dalam berinvestasi emas.
Bisnis emas perseroan tercatat naik 78,18 persen secara tahunan. Di mana produk cicil emas menjadi primadona dengan lonjakan pembiayaan sebesar 177,42 persen secara yoy ke angka Rp6,4 triliun.
Sedangkan pada 2023 hanya sebesar Rp2,3 triliun. Adapun jumlah customer meningkat sebesar 81 persen secara tahunan menjadi sekitar 336.000 nasabah.
Selain cicil emas, bisnis gadai emas BSI juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pertumbuhannya mencapai sekitar 31,3 persen secara tahunan ke angka Rp6,4 triliun pada 2024.
Kualitas pembiayaan bisnis emas ini pun sangat sehat dengan NPF nyaris 0 persen. Dengan portofolio tersebut, BSI semakin optimistis dapat menjadikan BSI Bank Emas sebagai salah satu katalis pendorong pertumbuhan berkelanjutan di masa depan.
“Bisnis emas memang merupakan unique product kami dan memiliki potensi untuk bertumbuh semakin besar. Sebab tren investasi emas terus meningkat karena merupakan aset safe haven. Terlebih kenaikan harga emas sangat terjaga dan signifikan, contohnya seperti pada tahun lalu yang mencapai 32,4 persen” tuturnya.
Oleh karena itu terkait bisnis BSI Bank Emas ini perseroan memperkenalkan tiga branding utama produk bank emas yakni BSI Emas Digital, BSI Gold, dan BSI ATM Emas. Bahkan ATM Emas merupakan yang pertama di Indonesia.
“Kami berharap dengan hadirnya layanan ini, bisnis bank emas BSI dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan dan menciptakan potensi pasar yang sangat besar, dengan estimasi nilai bisnis sekitar Rp280 triliun. Kami juga berharap dapat memberikan efek multiplier yang signifikan bagi perekonomian Indonesia,” kata Hery.
Hery menambahkan, produk bank emas BSI dirancang secara inklusif dan digital. Tujuannya adalah untuk memberikan akses kepada masyarakat, baik yang baru memulai investasi maupun yang sudah berpengalaman. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco membantah isu terkait Menteri Keuangan (Menkeu) Sri… Read More
Jakarta – Bank Mandiri resmi meluncurkan fitur QRIS Tap melalui aplikasi Livin’ by Mandiri sebagai… Read More
Jakarta - Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Bank Kaltimtara) mencatatkan pertumbuhan laba… Read More
Jakarta – Bank Syariah Indonesia (BSI) menggelar acara santunan untuk 4.444 anak yatim di Jakarta… Read More
Jakarta – Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffry Hendrik mengungkapkan, pasar modal di… Read More
Jakarta- Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 diperkirakan… Read More