Jakarta – PT PP (Persero) Tbk, bersama dengan beberapa BUMN dan Lembaga Pemerintahan melakukan sinergi guna mendukung program Pemerintah dalam pengembangan Kawasan Industri Terpadu di Indonesia.
Sebelumnya, PTPP bersama dengan PT Kawasan Industri Wijayakusuma (Persero) (KIW) dan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) (PTPN IX) terus mempercepat proses pembangunan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang Fase 1 seluas 450 hektare.
Dalam pengembangan KIT Batang Tahap 1 ini akan dibangun beberapa fasilitas pendukung dan konektivitas kawasan, antara lain akses sementara kawasan, simpang susun tol KM 371+800, jalan
sekunder sepanjang 11,4 km, jalan utama sepanjang 5,2 km, marketing gallery, perluasan stasiun dan dryport, jaringan listrik, supplai Air Baku, Rumah Susun sederhana sewa, dan IPAL sampah.
Saat ini, PTPP bersama dengan KIW dan PTPN IX tengah mempercepat progress pekerjaan pembangunan jalan akses sementara, perizinan, dan pembangunan marketing gallery. Adapun progress pekerjaan lapangan yang tengah dilakukan oleh PTPP, antara lain: pembangunan Jalan Akses Sementara telah mencapai progress sebesar 90%, Clearing & Grubbing Zona 1 dengan progress sebesar 44,8%, Cut & Fill Zona 1 dengan progress sebesar 1,32%, dan marketing gallery dengan progress sebesar 65%.
KIT Batang terletak di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah yang memiliki total luas lahan untuk dikembangkan seluas 4.300 hektar. Pengembangan kawasan yang terletak di koridor industri utara pulau Jawa ini didasarkan pada konsep The Smart & Sustainable Industrial Estate untuk merespon revolusi industry 4.0 di Indonesia maupun global. KIT Batang ini dilayani oleh 5 (lima) jaringan infrastruktur utama yang memiliki konektivitas langsung dengan jalur kereta api yang menghubungkan pusat-pusat industri di sepanjang Pulau Jawa, terjangkau oleh 4 (empat) pelabuhan besar, 3 (tiga) pelabuhan barang, 1 (satu) bandara internasional, akses Jalan Tol Trans Jawa, dan akses Jalan Nasional Rute 1 (satu) Pantura.
Lokasinya yang strategis membuat KIT Batang menjadi pilihan yang optimal untuk investasi kawasan industri maupun tempat tinggal di masa depan.KIT Batang memiliki luas keseluruhan 4.300 hektare dan dibagi menjadi 3 (tiga) Klaster dimana Klaster 1 merupakan klaster yang akan dikembangkan pada Fase 1, khususnya pada lahan seluas 450 hektare.
Dari total luasan lahan sebesar 4.300 hektare tersebut akan digunakan untuk rencana guna lahan sebesar 38,20% sebagai area industri dimana 37,45% sebagai gross non-saleable area dan 62,55% akan digunakan sebagai gross saleable area.
Adapun pembagian 3 (tiga) klister tersebut, yaitu klaster 1 seluas 3.100 hektare akan dilakukan pengembangan Industrial Estate & Industrial Township (Distrik Kreasi), Klaster 2 seluas 800 hektare akan digunakan untuk pengembangan Pusat Inovasi & Township (Distrik Inovasi), dan Klaster 3 seluas 400 hektare akan digunakan untuk pengembangan Pusat
Rekreasi & Township (“Distrik Rekreasi”).
Adapun pengembangan lahan Fase 1 seluas 450 haktare ini masuk ke dalam rencana pengembangan Klaster 1, yaitu Distrik Kreasi. Dalam Klaster 1 – Distrik Kreasi, tata guna lahan yang akan dikembangkan untuk area industri sebesar 49,17% dimana untuk gross non-saleable area sebesar 66,40% dan gross saleable area sebesar 33,60%.
Dalam pengembangan Distrik Kreasi ini akan menciptakan lapangan pekerjaan untuk 205.664 pekerja. Sedangkan untuk Klaster 2 – Distrik Inovasi, tata guna yang akan digunakan untuk gross non-saleable area sebesar 57,36% dan gross saleable area sebesar 42,64% dengan menciptakan lapangan kerja untuk 49.254 pekerja. Klaster 3 – Distrik Rekreasi, tata guna yang akan digunakan untuk gross non-saleable area sebesar 29,12% dan gross saleable area sebesar 70,88% dengan menciptakan
lapangan kerja 56.392 pekerja.
Dalam pengembangan KIT Batang Fase 1 seluas 450 hektare tersebut Secara umum, kawasan ini direncanakan menjadi kawasan industri terpadu yang didukung oleh beragam fungsi pendukung. Tata guna lahan industri mendominasi kawasan memiliki rasio sebesar 61.7% dan terdiri dari lot-lot industri (57.8%) dan logistic park (3.9%) yang berada di dekat dryport dan stasiun, Dryport dan stasiun yang dikembangkan pada tahap ini memiliki area total 33.6 ha, yaitu sekitar 7.4%. Terdapat beberapa area komersial sebesar (1.9%) yang terdiri dari pusat kegiatan kabupaten, kantor pengelola, dan retail. Fungsi pendukung lain seperti asrama, politeknik, sentra pelayanan dan utilitas berada tersentralisasi di area tenggara kawasan.
KIT Batang didapuk akan didukung oleh infrastruktur dan utilitas yang memadai,
seperti: pengadaan air baku dan air bersih, tempat penampungan limbah, tempat penampungan sampah, jaringan listrik, jalur sistem telekomunikasi, drainase, jaringan gas, dan sebagainya.
Selain sederatan fasilitas lengkap yang akan dibangun di kawasan tersebut, KIT Batang memiliki beberapa keunggulan lokasi, antara lain: terletak di sisi utara Tol Trans Jawa dimana dapat mempermudah akses ke Kawasan Industri, dilalui jalur kereta api dan berpotensi menjadi Dry Port, berbatasan langsung dengan Pantai Utara Jawa, terdapatnya PLTU Batang 2×1.000 MW & PLTS 50 MW dengan lokasi alternatif di area Batang, serta kedepannya akan dibuat Transit Oriented Department oleh Pemerintah Kabupaten Batang.
Selain itu, KIT Batang memiliki lokasi yang strategis dimana dapat ditempuh dengan waktu 4 (empat) jam dari Jakarta, 1 (satu) jam dari Semarang. Kawasan tersebut
memiliki jarak tempuh sepanjang 50 (lima puluh) kilometer dari Bandara Ahmad Yani dan 65 (enam puluh lima) kilometer dari Pelabuhan Tanjung Mas dengan waktu tempuh selama 50 (lima puluh) menit.
“PTPP bersinergi bersama KIW, PTPN IX, Perumda Batang, BKPM, Kementerian BUMN dan Pemangku Kepentingan lainnya terus mempercepat penyelesaian administrasi dan pekerjaan lapangan
pembangunan KIT Batang Fase 1 seluas 450 hektare. Melalui sinergi yang dilakukan antara PTPP dengan beberapa BUMN dan Lembaga Pemerintahan merupakan salah satu inovasi model bisnis yang saat ini dijalankan oleh perusahaan. KIT Batang merupakan bagian dari program Pemerintah untuk mendorong penguatan sektor Industri di Indonesia. Oleh sebab itu, PTPP selalu mendukung setiap program yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam rangka meningkatkan geliat perekonomian di Indonesia. PTPP optimistis pembangunan Fase I ini dapat selesai sesuai dengan yang ditargetkan oleh Pemerintah,” ujar Novel Arsyad selaku Direktur Utama PTPP kepada media. (*)
Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More
Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More
Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More