News Update

Prospek Ekonomi Global Bakal Dorong Permintaan Komoditas

Jakarta – Bank Dunia (World Bank) menilai, pemulihan harga komoditas diyakini akan mendorong perbaikan perdagangan global. Sentimen positif ini diyakini akan memberikan keuntungan yang nantinya akan mendukung perekonomian negara di Asia Timur dan Pasifik sebesar 6,4 persen.

Berdasarkan laporan dalam East Asia and Pacific Economic Update yang dirilis Bank Dunia, Rabu 4 Oktober 2017 menyebutkan, meningkatnya prospek pertumbuhan ekonomi global diyakini akan mendorong permintaan komoditas. Hal ini tentu akan memberikan dampak pada perekonomian nasional.

Perkiraan tersebut, tak lepas dari pertumbuhan ekonomi China yang tercatat lebih kuat tahun ini di kisaran 6,7 persen. Sementara di wilayah lainnya, termasuk di Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan sedikit lebih tinggi dari 5,1 persen pada 2017, dan 5,2 persen pada 2018 mendatang.

“Pulihnya ekonomi global dan perluasan perdagangan global membawa kabar baik bagi kawasan Asia Timur dan Pasifik,” ujar Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa.

Sementara itu, pihaknya juga memandang, upaya China untuk mencapai keseimbangan baru, dengan mengurangi investasi dan menaikkan konsumsi masyarakat diperkirakan akan berlanjut. Hal ini, diyakini membuat proyeksi pertumbuhan China melambat menjadi 6,4 persen pada 2018.

Di sisi lain, kata dia, negara-negara seperti Thailand dan Malaysia diproyeksikan tumbuh lebih cepat dari perkiraan, karena ekspor yang lebih kuat, termasuk pariwisata untuk Thailand, dan peningkatan investasi untuk Malaysia. Untuk Filipina, diperkirakan akan berkembang sedikit lebih lambat dari tahun 2016.

“Adapun untuk Indonesia sendiri, kenaikan upah riil diyakini akan mendorong konsumsi di Indonesia dan kembali menguatnya sector pertanian dan manufaktur mendorong pertumbuhan Vietnam,” ucapnya.

Kendati demikian, ada beberapa risiko eksternal dan domestik yang mampu mempengaruhi proyeksi  tersebut. Misalnya, ketidakpastian kebijakan ekonomi negara maju, seperti kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, ditambah dengan ketegangan geopolitik yang berpusat di wilayah tersebut meningkat.

Maka dari itu, Bank Dunia meminta seluruh negara mengambil langkah kebijakan yang tujuannya tidak hanya menggenjot pertumbuhan jangka pendek untuk mengatasi kerentanan fiskal dan sektor finansial. Misalnya, dengan memperkuat pengawasan dan peraturan kehati-hatian di negara yang mengalami pertumbuhan kredit dan utang sektor swasta.

“Mengurangi risiko terhadap stabilitas sektor keuangan dan penguatan daya saing, termasuk melalui integrasi regional yang lebih dalam, tetap menjadi prioritas,” tambah Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Wilayah Asia Timur dan Pasifik, Sudhir Shetty. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Tok! Harvey Moeis Divonis 6,5 Tahun Penjara dalam Kasus Korupsi Timah

Jakarta - Terdakwa Harvey Moeis dinyatakan bersalah atas tindak pidana korupsi pada penyalahgunaan izin usaha… Read More

27 mins ago

440 Ribu Tiket Kereta Api Ludes Terjual, KAI Daop 1 Tambah Kapasitas untuk Libur Nataru

Jakarta - PT KAI (Persero) Daop 1 Jakarta terus meningkatkan kapasitas tempat duduk untuk Kereta… Read More

55 mins ago

Aksi Mogok Massal Pekerja Starbucks Makin Meluas, Ada Apa?

Jakarta – Starbucks, franchise kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) tengah diterpa aksi pemogokan massal… Read More

1 hour ago

Mandiri Bagikan Ribuan Paket Natal, Sembako-Kebutuhan Sekolah untuk Masyarakat Marginal

Jakarta - Dalam rangka menyambut Natal 2024, Bank Mandiri menegaskan komitmennya untuk berbagi kebahagiaan melalui… Read More

2 hours ago

Simak! Jadwal Operasional Bank Mandiri, BCA, BRI, BNI, dan BSI Selama Libur Nataru

Jakarta – Sejumlah bank di Indonesia melakukan penyesuaian jadwal operasional selama libur perayaan Natal dan… Read More

2 hours ago

Siap-Siap! Transaksi E-Money dan E-Wallet Terkena PPN 12 Persen, Begini Hitungannya

Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More

5 hours ago