Properti

Program 3 Juta Rumah Prabowo, SMF Rekomendasikan Intervensi Khusus

Lampung – Program 3 juta rumah yang digaungkan presiden terpilih Prabowo Subianto terbilang ambisius. Untuk mewujudkan ambisi tersebut, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) merekomendasikan sejumlah intervensi yang harus dilakukan pemerintah. 

Chief Economist SMF, Martin Daniel Siyaranamual mengungkapkan, program itu membawa angin segar bagi sektor perumahan. Namun, agar program tersebut bisa dicapai, ada prasyarat yang harus dilakukan. 

“Pesan pertama kami kepada pemerintah berikutnya, bicara perumahan harus dikaitkan dengan dua hal. Pertama, pengentasan kemiskinan. Kedua, pengembangan kualitas SDM,” ujar Martin di Lampung, Minggu, 29 September 2024.

Baca juga: Dukung Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Sarana Jaya Luncurkan Produk Satu Ini

Martin memaparkan, ada dua jenis backlog perumahan, yaitu backlog kepemilikan dan backlog kelayakan hunian. Backlog kepemilikan mencapai 9,91 juta unit. Lalu, backlog kelayakan hunian mencapai 26,92 juta unit. 

“Dan ada irisan di antara keduanya, sebetulnya ada kelompok orang yang tinggal di rumah bukan miliknya dan tidak layak huni, itu sekitar 4,49 juta,” tambahnya. 

Maka itu, SMF melalui SMF Research Institute menyarankan, dalam menyusun intervensi, pemerintah harus mempertimbangkan dimensi backlog perumahan ini. Paling tidak ada empat dimensi intervensi yang harus diperhatikan, yakni dimensi backlog, dimensi lokasi, dimensi penghasilan, dan dimensi jenis pekerjaan. 

Keempat dimensi itu akan mepengaruhi model-model intervensi yang harus dilakukan agar intervensi pemerintah berjalan efektif dari sisi anggaran dan sesuai kebutuhan masyarakat. 

“Intevensi yang harus dilakukan itu kombinasi dari empat dimensi ini,” tegasnya.

Baca juga: Dorong Pembiayaan Perumahan, SMF Kucurkan Rp350 Miliar ke Bank Sahabat Sampoerna

SMF Research Institute mengusulkan, pemenuhan program 3 juta rumah dibagi dalam pembangunan dan perbaikan rumah di perkotaan dan pedesaan. Martin merinci, untuk wilayah perkotaan, target 1 juta rumah per tahunnya dibagi atas 400 ribu unit untuk mengatasi backlog kepemilikan, dan 600 ribu untuk rumah tidak layak huni (RTLH). 

Selanjutnya, untuk wilayah pedesaan targetnya 2 juta rumah per tahun. Terbagi atas 300 ribu unit untuk mengatasi backlog kepemilikan dan 1,7 juta unit untuk RTLH. Alasannya, orang di pedesaan sebagian besar mempunyai rumah, tapi banyak yang tidak layak huni. Maka alokasi untuk perbaikan RTLH lebih besar untuk di pedesaan. 

“Secara umum, intervensi program 3 juta rumah ini dapat dilakukan berupa hibah dan atau subsidi selisih bunga (SSB). Besaran hibah atau SSB disesuaikan dengan kelas ekonomi penerima manfaat,” ujar Martin. (*) Ari Astriawan

Yulian Saputra

Recent Posts

LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan Demi Menjaga Stabilitas Sistem Perbankan

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa tengah menyampaikan keterangansaat konferensi pers terkait penetapan Tingkat… Read More

16 mins ago

AAUI Ungkap Peluang Usaha Menjanjikan di Era Prabowo-Gibran, Ini Daftarnya

Jakarta - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memproyeksikan sejumlah peluang usaha asuransi umum yang memiliki… Read More

1 hour ago

Naik 9,4 Persen, Laba Bersih Sarana Menara Nusantara jadi Rp1,60 Triliun di Semester I 2024

Jakarta - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mencatatkan laba bersih Rp1,60 triliun di semester… Read More

2 hours ago

LPS Tahan Tingkat Bunga Pinjaman di Level 4,25 Persen, Ini Alasannya

Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kembali memutuskan mempetahankan tingkat bunga penjaminan simpanan bank umum… Read More

3 hours ago

Semester I-2024, Industri Asuransi Umum Catat Premi Rp53,54 Triliun

Jakarta - Industri asuransi umum di Indonesia mencatat pertumbuhan yang cukup positif di semester I-2024.… Read More

4 hours ago

Warga RI Ramai ‘Makan Tabungan’, Bos BNI Bilang Begini

Jakarta – Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI, Royke Tumilaar… Read More

4 hours ago