Jakarta – Citibank melihat Indonesia tengah memperkuat posisinya dalam rantai pasokan global untuk logam dasar dan baterai mobil listrik. Hal tersebut nantinya mampu memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga perlu mendapat perhatian dari investor.
Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, mengatakan, dilihat dari sudut pandang makroekonomi, berkembangnya industri nikel dan baterai mobil listrik yang berorientasi ekspor tersebut akan memiliki kontribusi signifikan terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
“Masuknya investasi di sektor logam dasar dan baterai mobil listrik berpotensi memperbaiki
struktur neraca perdagangan hingga menaikan peringkat utang Indonesia, walaupun dalam hal menjaga stabilitas nilai tukar, diferensial suku bunga kebijakan tetap harus diperhatikan,” ucap Helmi dikutip 2 November 2022.
Dalam studi, dikatakan bahwa dalam tiga tahun ke depan, kontribusi ekspor logam dasar dan baterai mobil listrik terhadap neraca perdagangan Indonesia diperkirakan dapat mencapai hingga 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Apabila ketergantungan pasar valas terhadap pasokan dari aliran dana asing ke pasar modal
dapat diturunkan, seiring dengan membesarnya pasokan valas hasil ekspor, maka peringkat utang Indonesia berpeluang meningkat dari BBB menjadi BBB+.
Helmi optimis Indonesia akan masih bisa bersinar dengan berkembangnya sumber-sumber ekspor baru, di saat banyak negara lainnya menghadapi prospek penurunan ekspor dan pertumbuhan ekonomi yang struktural.
“Sangat menarik bahwa keseimbangan di pasar valas sejak akhir 2020 hingga sekarang relatif terjaga, walaupun terdapat tekanan besar akibat penarikan dana asing keluar dari pasar obligasi Indonesia paska penarikan stimulus moneter dan kenaikan suku bunga di Amerika,” tambahnya.
Membaiknya struktur pasar valas selama dua tahun ini memang disumbang juga oleh tingginya harga komoditas ekspor lainnya seperti batu bara dan sawit. Namun peranan ekspor logam dasar juga signifikan dan akan terus meningkat.
Diketahui, Indonesia telah dikenal sebagai produsen nikel terbesar dunia dengan memiliki 23,7% porsi cadangan bijih nikel dari seluruh cadangan dunia, sehingga mampu memproduksi bijih nikel dalam jumlah besar secara berkelanjutan.
Selain itu, Indonesia juga memiliki cadangan kobalt yang besar sebagai salah satu bahan utama yang diperlukan untuk membuat baterai. Cadangan nikel dan kobalt yang besar akan mempengaruhi produksi baterai dikarenakan komponen kobalt dan nikel mencakup kurang lebih 90% dari total komponen baterai. (*) Khoirifa
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan… Read More
Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan akan melanjutkan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) 100 persen untuk sektor… Read More
Ketua Panitia Hari Asuransi 2024, Ronny Iskandar, menyampaikan “Tema dan tagline inidiangkat untuk menekankan pentingnya… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut stabilitas sektor jasa keuangan nasional saat ini masih… Read More
Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ruang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate… Read More
Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan nilai tukar rupiah pada kuartal III… Read More