Poin Penting
Jakarta – Di tengah fenomena soal lonjakan klaim dan inflasi medis yang terus menekan industri asuransi kesehatan, kinerja klaim menjadi indikator penting untuk membaca arah keberlanjutan bisnis. Bagi PT Manulife Syariah Indonesia, periode awal pasca spin-off justru menjadi fase krusial untuk menguji bagaimana produk kesehatan syariah berhadapan langsung dengan realitas klaim di lapangan.
Sejak resmi berdiri sebagai entitas mandiri pada 1 Desember 2024 hingga Oktober 2025, Manulife Syariah Indonesia telah membayarkan klaim sekitar Rp248 miliar. Angka ini muncul di saat produk kesehatan menjadi kontributor utama bisnis perseroan, sekaligus berada dalam pusaran tantangan industri berupa inflasi medis.
Presiden Direktur Manulife Syariah Indonesia, Fauzi Arfan mengatakan, dominasi produk kesehatan dalam portofolio perusahaan mencerminkan kebutuhan nyata masyarakat terhadap perlindungan kesehatan, khususnya yang berbasis syariah.
“Nyatanya dominan produksi kami itu datangnya dari kesehatan. Artinya daya kepeminatan masyarakat terhadap asuransi kesehatan itu besar, terutama yang berbasis syariah,” ujarnya dalam acara Exclusive Media Interview, Senin (15/12).
Baca juga: Manulife Syariah Tancap Gas Pasca Spin-off, Underwriting Tembus Rp534 M per Oktober 2025
Menurut Fauzi, kehadiran BPJS Kesehatan justru berperan dalam meningkatkan literasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan kesehatan yang lebih komprehensif.
“Hadirnya BPJS itu sebenarnya men-trigger juga kepeminatan orang untuk perlunya asuransi kesehatan. Kehadiran kami adalah untuk memperluas perlindungan bagi masyarakat melalui solusi asuransi kesehatan syariah,” tuturnya.
Ia menambahkan, sebagian nasabah Manulife Syariah datang dari kelompok yang ingin memperluas manfaat perlindungan di luar jaminan yang telah dimiliki sebelumnya.
“Mungkin sebagian sudah punya asuransi, tapi mereka juga ingin menambah dan memperluas dengan membeli produk asuransi kesehatan syariah,” ucapnya.
Baca juga: Gandeng Manulife, Bank Mandiri Luncurkan 2 Produk Reksa Dana Terbaru
Di tengah tingginya minat tersebut, Fauzi mengakui isu rasio klaim dan inflasi medis tetap menjadi tantangan yang harus dikelola bersama oleh seluruh pemangku kepentingan.
“Kalau klaim terus tinggi, asuransi kesehatan akan terus naik. Makanya ini jadi tugas bersama bagaimana mengedukasi pasar supaya klaim itu termanaged dengan baik,” tegasnya.
Menurutnya, pengelolaan klaim bukan hanya urusan perusahaan asuransi, melainkan juga melibatkan regulator, rumah sakit, dan masyarakat sebagai pengguna layanan.
“Yang diatur itu bukan cuma perusahaan asuransi, bukan cuma masyarakat, bahkan hospital juga tidak lepas dari perhatian pemerintah,” imbuh Fauzi. (*) Alfi Salima Puteri
Oleh Dr. Ir. Osbal Saragi Rumahorbo, M.M.* BANK Rakyat Indonesia (BRI) telah mengarungi gelombang perubahan… Read More
Poin Penting Rekonstruksi pasca-bencana di Sumatra diproyeksi mencapai Rp50 triliun–70 triliun dan berpotensi meningkat karena… Read More
Poin Penting Reliance Sekuritas menyatakan akan mengikuti arahan BEI terkait rencana demutualisasi yang saat ini… Read More
Poin Penting Resolusi finansial perlu strategi terukur, dimulai dari evaluasi pemasukan, pengeluaran, aset, dan liabilitas.… Read More
Poin Penting RELI targetkan dua penerbitan efek di 2026, masing-masing satu IPO saham dan satu… Read More
Poin Penting AAUI mencatat estimasi sementara klaim asuransi akibat bencana di Sumatra mencapai Rp567 miliar… Read More