oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham global ditutup positif kemarin, setelah kekhawatiran akan Brexit mereda. Indeks Nikkei Jepang naik 2,3% dan Hang Seng Hongkong naik 1,7%. Di Eropa, DAX Index Jerman naik 3,4% sementara S&P 500 di AS naik 0,6%.
IMF kemarin mengingatkan Jepang untuk meningkatkan stimulus ekonomi karena jika tidak maka akan membutuhkan waktu tahunan untuk dapat mencapai target inflasi 2%. Kebijakan stimulus harus diarahkan untuk meningkatkan gaji pegawai, di samping kebijakan yang telah dilakukan selama ini. IMF menyimpulkan bahwa bahkan dengan tingkat bunga negatif dan juga penundaan kenaikan pajak konsumsi, Jepang masih belum dapat keluar dari jalur deflasi.
Hasil polling terakhir yang dilakukan oleh harian Mail yang dirilis hari senin kemarin menunjukkan 45% warga UK menghendaki UK tetap berada dalam EU, sementara sekitar 42% menghendaki UK keluar dari EU. Polling yang dilakukan pasca pembunuhan Jo Cox, anggota parlemen UK yang mengkampanyekan British remain (Bremain), menunjukkan perubahan mood di masyarakat yang sebelumnya justru lebih memilih Brexit. Hasil ini turut membantu mendorong pasar keuangan global khususnya saham menghijau. Namun demikian sejatinya selisih keunggulan Bremain hanya 3% di atas Brexit. Investor global tetap menghadapi risiko bahwa pada saat referendum nanti penduduk UK memilih Brexit.
Apabila penduduk UK memilih Brexit pada referendum tanggal 23 Juni mendatang, maka potensi krisis tidak hanya datang dari Brexit itu sendiri (UK merupakan ekonomi terbesar kedua di EU setelah Jerman), namun juga dari sisi kredibilitas EU. Negara lain dalam blok EU dikhawatirkan akan menyusul langkah UK. Belanda tengah mempersiapkan kemungkinan melakukan referendum Nexit (Netherland Exit) dengan asumsi terjadi Brexit, dan bukan tidak mungkin akan disusul Spanish Exit, dan Italy Exit. EU telah mempersiapkan dan menjadwalkan serangkaian pertemuan darurat apabila hasil referendum nanti adalah Brexit. Pertemuan tersebut dilakukan untuk memastikan stabilitas pasar keuangan dan menghindari efek domino terhadap ekonomi EU yang saat ini belum pulih.
Harga minyak dunia menguat setelah hasil polling terakhir menunjukkan penduduk UK lebih banyak yang menghendaki UK berada di EU. Harga minyak WTI crude untuk pengiriman Juli naik USD1,4 (2,9%) menjadi USD49,4 per barrel. Sementara Brent Crude untuk pengiriman Agustus naik USD1,5 (3%) ke level USD50,7 per barrel.
Yield UST naik setelah investor mulai berani mengambil risiko dengan membeli saham, pasca-polling yang menunjukkan penduduk UK lebih banyak yang menghendaki UK berada di EU. Yield UST 10 tahun naik 5 bps ke level 1,67%. Sementara yield UST 30 tahun naik 5 bps ke level 2,48%. Sementara di Jerman, German bund tenor 10 tahun naik 5 bps ke level 0,06%.
Pasar SUN ditutup stabil. Yield SUN tenor 10 tahun tetap di level 7,63% (ytd turun 111 bps, akhir tahun lalu 8,74%). IHSG ditutup naik 28 poin (0,6%) ke level 4.863 (ytd 5,9%, akhir tahun sebesar 4.593). Investor asing membukukan net sell sebesar Rp268 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp6,3 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat Rp87 menjadi Rp13.252/USD. NDF 1 bulan ditutup menguat Rp126 ke level Rp13.295/USD. CDS 5 tahun turun (persepsi risiko turun) 7 bps ke level 190 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 40 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)
Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK
Jakarta - Sejumlah bank digital di Indonesia telah merilis laporan keuangan pada kuartal III 2024.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (18/11) masih ditutup pada zona… Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencatat penermaan dari sektor usaha ekonomi digital hingga 31 Oktober 2024 mencapai… Read More
Jakarta - Kinerja fungsi intermediasi Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) menunjukkan hasil yang sangat baik… Read More
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung upaya PBB dalam mewujudkan perdamaian dan keadilan internasional. Termasuk… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan… Read More