Jakarta – Chief Market Strategist ForexTime, Hussein Sayed, mengatakan Trumponomics, Federal Reserve, gejolak pasar berkembang, harga minyak, dan negosiasi Brexit adalah sejumlah penggerak terbesar di pasar finansial di sepanjang kuartal ketiga 2018.
Semua faktor ini akan tetap mendominasi pasar di kuartal terakhir tahun ini, serta pemilu paruh waktu AS mendatang karena potensi pergeseran kekuatan kekuasaan dapat memengaruhi kemampuan Trump untuk memerintah.
“Pasar saham AS berkinerja paling baik di seluruh dunia di sepanjang tahun ini, tapi banyak sinyal peringatan yang mulai menunjukkan warna merah,” kata Hussein di Jakarta, Selasa, 2 Oktober 2018.
Ia menambahkan Ekonomi AS jelas berada dalam tahap akhir siklus ekonomi saat ini, tapi belum ada isyarat terjadinya resesi.
Valuasi berlebihan dibandingkan dengan norma sejarah sejauh ini, dan Federal Reserve diperkirakan akan kembali meningkatkan suku bunga untuk keempat kalinya hingga akhir 2019.
“Mengingat harga pasar saham AS sepertinya selalu merefleksikan segala sesuatu, kejutan negatif apa pun dapat mengakhiri pasar bull terpanjang dalam sejarah ini,” jelas Hussein.
Seperti diketahui, di pasar uang, kurs Dolar menarik perhatian dunia dalam beberapa bulan terakhir, terutama terhadap mata uang pasar berkembang yang sebagian anjlok ke rekor harga terendah atau paling rendah selama beberapa tahun terakhir.
Peso Argentina adalah mata uang dengan performa terburuk di sepanjang tahun 2018 karena kehilangan lebih dari separuh nilainya sejak awal tahun.
Lira Turki adalah yang kedua, dengan kehilangan lebih dari sepertiga nilainya. Rand Afrika Selatan, Rupee India, dan Rubel Rusia juga melemah secara lebih tidak signifikan, namun penurunannya lebih dari 10% hingga saat ini.
Banyak dari negara tersebut mengalami defisit transaksi berjalan, ketidakseimbangan eksternal, kekurangan cadangan devisa, dan risiko politik substansial yang memicu gelombang jual luar biasa.
Dolar juga menguat terhadap mata uang mayor lainnya, terutama mata uang komoditas.
Federal Reserve sendiri terus memperketat kebijakan lebih cepat dari seluruh negara lain, sehingga prospek jangka pendek tetap menuju apresiasi Dolar.
“Tren naik ini mungkin akan mulai memudar saat bank sentral besar lainnya mulai mengikuti langkah Fed, terutama mempertimbangkan bahwa sebagian besar mata uang undervalued dalam hal paritas daya beli,” imbuhnya.
Disisi lain, Pound diprediksinya akan menjadi mata uang paling menarik untuk diperdagangkan di kuartal terakhir 2018.
Skenario Brexit tanpa kesepakatan dapat mengakibatkan Pound merosot 10%, skenario sebaliknya berpotensi memperkuat Pound 5% atau lebih.
Rapat Salzburg menyiratkan bahwa masih banyak hal yang perlu diselesaikan untuk mencapai kesepakatan mengenai keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Ia menilai pada akhir Oktober atau awal November, hubungan masa depan Inggris dan Uni Eropa seharusnya sudah jelas, dan setiap berita mengenai negosiasi ini akan menjadi peluang trading.
“Di kuartal mendatang, perhatikan terus politik AS, perkembangan dagang, negosiasi Brexit, dan harga minyak” tutup Hussein. (*)
Jakarta – Bangkok Bank sukses mengakuisisi 89,12 persen saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dari Standard Chartered Bank dan… Read More
Jakarta – PT PLN (Persero) dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060 membutuhkan investasi mencapai USD700 miliar… Read More
Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau Permata Bank memiliki peluang ‘naik kelas’ ke Kelompok Bank… Read More
Jakarta – Presiden Prabowo Subianto optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai level 8 persen dalam kurun waktu… Read More
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Makassar – PT Asuransi Maximus Graha Persada Tbk (Maximus Insurance) menyerahkan polis asuransi jaminan diri… Read More