Sambutan Ketua Umum PII, Ilham Akbar Habibie secara daring dalam acara HUT ke-73 PII di Jakarta, Jumat, 23 Mei 2025
Jakarta – Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menegaskan, reindustrialisasi menjadi fondasi dan syarat penting menuju kedaulatan ekonomi nasional dalam mencapai target Indonesia Emas 2045.
“Tidak ada negara maju tanpa industri yang kuat,” tegas Ketua Umum PII, Ilham Akbar Habibie, dalam acara HUT ke-73 PII di Jakarta, Jumat, 23 Mei 2025.
Ia menjelaskan, reindustrialisasi bukan sekadar membangun sebuah pabrik atau kawasan industri, melainkan membangun ekosistem industri berbasis inovasi teknologi dalam negeri dan sumber daya manusia unggul.
Sebab, industri bukan saja memberikan nilai tambah secara finansial, tapi juga mampu mempekerjakan ratusan ribu, bahkan jutaan tenaga kerja.
“Itulah yang membentuk kelas menengah, di mana kita dalam beberapa dekade terakhir melihat adanya re-industrialisasi, karena juga disebut sebagai reindustrialisasi dini,” bebernya.
Baca juga: PII: Tanpa Reindustrialisasi, Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Hanya Mimpi
Di saat bersamaan, PII melihat golongan kelas menengah menyusut. Bahkan, dalam 5 tahun terakhir hampir 10 juta warga “pamit” dari kelas menengah menjadi kelas menengah aspiratif atau hampir kelas menengah.
Di sinilah, kata Ilham, peran letak strategis insinyur Indonesia sebagai penggerak utama reindustrialisasi. Industri dalam hubungan ini bukan saja menyelesaikan masalah teknik, tetapi sebagai penentu arah kebijakan teknologi dan industri.
“Saya belajar dari ayah saya (BJ. Habibie) beberapa hal mengenai insinyur yakni sebagai definisinya. Kalau kita membedakan antaran scientist dan insinyur adalah scientist mencari kebenaran, sedangkan insinyur fokus kepada solusinya. Mirip tapi tidak sama,” tegasnya.
Ia menekankan, PII yang beranggotakan insinyur-insinyur profesional adalah ujung tombak dalam merancang pembangunan dan infrastruktur, transformasi energi, digitalisasi, manufaktur, penguatan industri, pertahanan, serta industrialisasi sektor pangan maritim.
Untuk itu, organisasi PII harus terus berbenah, ligat dalam organisasi, cepat dalam eksekusi dan kuat dalam jejaring. Termasuk, memperkuat sistem pengembangan keprofesian, berkelajutan, sertifikasi profesi, dan terlibat aktif dalam proyek-proyek strategis nasional dan juga global.
Baca juga: Defisit Neraca Pembayaran Mengecil, BI Optimistis Ekonomi Tetap Stabil
“Usia organisasi 73 tahun bukan usia muda lagi, tapi juga bukan akhir perjalanan tentunya. Kini, saatnya melakukan lompatan besar menjadi organisasi profesi yang modern, terpercaya, dan berpengaruh,” imbuhnya.
Selain itu, kata Ilham, PII harus hadir sebagai thought leader dalam kebijakan publik, sebagai mitra strategis pemerintah dan industri, serta sebagai wadah pemersatu kekuatan insinyur di seluruh pelosok negeri kita.
“Mari kita jadikan ulang tahun ini sebagai momentum untuk mempererat kolaborasi, memperkuat solidaritas, dan mempercepat kontribusi nyata,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More