Perbankan

PIER Proyeksi Kredit Bank 2025 Hanya Tumbuh di Bawah 10 Persen, Ini Pemicunya

Jakarta – Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan, ketegangan perang dagang antara AS-China turut mendorong perusahaan untuk menunda investasi dan rencana ekspansi bisnis. Hal ini turut berimbas kepada ekspansi penyaluran kredit industri, tak terkecuali perbankan yang cenderung mengalami perlambatan. 

“Ada tendensi bahwa investor akan menunda melakukan investasi dan juga ekspansi bisnis sehingga kami melihat ada kecenderungan dari sisi ekspansio kredit akan cenderung mengalami perlambatan,” katanya dalam acara PIER Q1 2025 Economic Review & Media Gathering Permata Bank, Rabu, 14 Mei 2025.

Merujuk data Permata Institute for Economic Research (PIER), pihaknya memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan tahun 2025 akan berada di bawah level 10 persen, tepatnya di kisaran 8,88 persen. Sementara pada 2026 di kisaran 9,36 persen.

Baca juga : Analis Sebut Meredanya Tensi Perang Dagang AS-China Jadi Katalis Positif IHSG

Adapun Bank Indonesia (BI) memberi sinyal bahwa pertumbuhan kredit tahun ini bakal menuju batas bawah kisaran target sebesar 11-13 persen di sepanjang 2025.

“Jadi memang dengan situasi globalnya memengaruhi minat untuk investor dan juga pelaku usaha untuk berekspansi sehingga akan memengaruhi permintaan kredit di tahun ini,” tandasnya. 

Oleh karena itu, pihaknya berharap pemerintah bisa merespons dengan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan stimulus tepat sasaran agar konsumsi dan investasi domestik kembali bergerak.

Perlambatan Sektor Lain

Tak hanya pertumbuhan kredit perbankan, PIER menyebut pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang biasanya menjadi motor utama ekonomi melambat tipis menjadi 4,89 persen year on year (yoy). 

Hal ini didorong oleh melemahnya daya belanja pada sub-komponen makanan/minuman serta transportasi dan komunikasi.

Baca juga : Ekonom Permata Bank Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Hanya 4,5-5 Persen, Ini Sebabnya

Pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menurun menjadi 2,12 persen yoy, terutama karena melemahnya investasi pada bangunan dan struktur serta mesin dan peralatan.

Ketidakpastian global akibat perang dagang yang sedang berlangsung diperkirakan akan menekan laju investasi dan konsumsi domestik. Lebih lanjut, adanya perang dagang tersebut juga akan memengaruhi pertumbuhan sektoral, meskipun dampaknya akan bervariasi. 

Sementara, sektor dengan orientasi ekspor dan memiliki ketergantungan terhadap pasar AS yang relatif tinggi, seperti tekstil dan garmen, kulit dan alas kaki, elektronik, furniture, dan produk karet, akan terkena dampak yang cukup signifikan dan dapat menurunkan pertumbuhan sektor tersebut di tahun ini. (*)

Editor: Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Dukung Pemulihan, BTN Salurkan Bantuan Rp13,17 Miliar untuk Korban Bencana Sumatra

Poin Penting BTN telah menyalurkan total bantuan Rp13,17 miliar melalui Program TJSL untuk korban bencana… Read More

47 mins ago

Obligasi Hijau, Langkah Pollux Hotels Menembus Pembiayaan Berkelanjutan

Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More

15 hours ago

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

21 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

22 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

22 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

23 hours ago