Market Update

PHEI Soroti Penerbitan SBN Tahun Depan akan Turun, Ini Penyebabnya

Poin Penting

  • PHEI memprediksi penerbitan SBN 2026 akan turun karena kebutuhan pembiayaan negara menurun seiring proyeksi naiknya pendapatan negara.
  • Dana Rp200 triliun yang ditempatkan di bank BUMN dikunci dan tidak boleh digunakan untuk membeli SBN, agar memberi dampak langsung ke masyarakat.
  • PHEI proyeksikan suku bunga The Fed dan BI turun, rupiah menguat, dan yield obligasi stabil, mendorong penerbitan obligasi korporasi meningkat.

Jakarta – PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) menilai penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada tahun depan diperkirakan akan mengalami penurunan.

Perwakilan PHEI, Salvian Fernando, mengatakan bahwa hal itu didorong oleh pembiayaan negara yang mengalami penurunan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.

“Kenapa bisa seperti itu? Karena pendapatan negaranya diprediksi akan meningkat, penurunan outlook dari pembatasan SBN inilah, kalau ada pembiayaan, anggarannya turun, ada kemungkinan yang driver untuk demand, obligasi pemerintah mengalami peningkatan,” kata Salvian dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.

Baca juga: Kolaborasi Strategis PHEI, BEI, dan AMII Perkuat Pasar Modal Indonesia

Di samping itu, ia menyambut positif penempatan dana senilai Rp200 triliun yang diberikan kepada bank pelat merah, seperti BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, hingga BSI karena diharapkan menjadi multiplier effect ke masyarakat.

“Dan yang saya suka adalah dana ini dikunci. Artinya tidak boleh dipakai oleh perbankan untuk membeli SBN. Which kita sudah lihat di data yang tadi ownership, bank sudah meng-collect SBN kita tahun ini sudah sangat masif,” imbuhnya.

Adapun, secara keseluruhan PHEI memproyeksi bahwa suku bunga bank sentral The Fed masih akan dipangkas secara bertahap tidak terlalu agresif sebanyak 50 basis poin (bps) antara Oktober dan Desember.

“Lalu Bank Indonesia (BI), kalau kita lihat mungkin masih akan menurunkan suku bunga, walaupun tidak agresif lagi, mungkin sekali atau dua kali lagi di tahun ini menurut saya,” ujar Salvian.

Baca juga: Pemangkasan Suku Bunga BI, Investasi Industri Asuransi Masih Didominasi SBN

Lalu dari sisi nilai tukar rupiah diperkirakan akan cenderung menguat, dibandingkan tahun 2024 yang mana akan bergerak di atas Rp16.500, tapi tidak di atas Rp17.000.

Selain itu, dari sisi baseline PHEI melihat bahwa yield obligasi diperkirakan dapat mengalami penurunan atau mungkin terjaga di level saat ini.

“Nanti pun kita harap ketika implementasi dari kebijakan pemerintah sudah kembali berjalan, mungkin inflow asing akan meningkat, akan kembali yang tadinya keluar. Dan penerbitan obligasi korporasi juga mungkin akan meningkat, karena melihat cost of funds juga sudah lebih murah, karena yield-nya turun signifikan,” tambahnya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI, Bukti Peran Strategis dalam Stabilitas Ekonomi RI

Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More

8 mins ago

Segini Kekayaan Menhut Raja Juli Antoni yang Diminta Mundur Anggota DPR

Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More

25 mins ago

DJP Tunjuk Roblox dan 4 Perusahaan Digital Jadi Pemungut PPN, Ini Rinciannya

Poin Penting Roblox resmi ditunjuk DJP sebagai pemungut PPN PMSE, bersama empat perusahaan digital lainnya.… Read More

29 mins ago

BEI Tekankan Kolaborasi dan Tanggung Jawab Bersama Bangun Masa Depan Hijau

Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More

1 hour ago

Balikkan Keadaan, Emiten PEHA Kantongi Laba Bersih Rp7,7 M di September 2025

Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More

2 hours ago

Unilever Bakal Tebar Dividen Interim Rp3,30 Triliun, Catat Tanggalnya!

Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More

2 hours ago