Ilustrasi: SBN Ritel ORI023. Foto: Istimewa.
Poin Penting
Jakarta – PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) menilai penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada tahun depan diperkirakan akan mengalami penurunan.
Perwakilan PHEI, Salvian Fernando, mengatakan bahwa hal itu didorong oleh pembiayaan negara yang mengalami penurunan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
“Kenapa bisa seperti itu? Karena pendapatan negaranya diprediksi akan meningkat, penurunan outlook dari pembatasan SBN inilah, kalau ada pembiayaan, anggarannya turun, ada kemungkinan yang driver untuk demand, obligasi pemerintah mengalami peningkatan,” kata Salvian dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.
Baca juga: Kolaborasi Strategis PHEI, BEI, dan AMII Perkuat Pasar Modal Indonesia
Di samping itu, ia menyambut positif penempatan dana senilai Rp200 triliun yang diberikan kepada bank pelat merah, seperti BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, hingga BSI karena diharapkan menjadi multiplier effect ke masyarakat.
“Dan yang saya suka adalah dana ini dikunci. Artinya tidak boleh dipakai oleh perbankan untuk membeli SBN. Which kita sudah lihat di data yang tadi ownership, bank sudah meng-collect SBN kita tahun ini sudah sangat masif,” imbuhnya.
Adapun, secara keseluruhan PHEI memproyeksi bahwa suku bunga bank sentral The Fed masih akan dipangkas secara bertahap tidak terlalu agresif sebanyak 50 basis poin (bps) antara Oktober dan Desember.
“Lalu Bank Indonesia (BI), kalau kita lihat mungkin masih akan menurunkan suku bunga, walaupun tidak agresif lagi, mungkin sekali atau dua kali lagi di tahun ini menurut saya,” ujar Salvian.
Baca juga: Pemangkasan Suku Bunga BI, Investasi Industri Asuransi Masih Didominasi SBN
Lalu dari sisi nilai tukar rupiah diperkirakan akan cenderung menguat, dibandingkan tahun 2024 yang mana akan bergerak di atas Rp16.500, tapi tidak di atas Rp17.000.
Selain itu, dari sisi baseline PHEI melihat bahwa yield obligasi diperkirakan dapat mengalami penurunan atau mungkin terjaga di level saat ini.
“Nanti pun kita harap ketika implementasi dari kebijakan pemerintah sudah kembali berjalan, mungkin inflow asing akan meningkat, akan kembali yang tadinya keluar. Dan penerbitan obligasi korporasi juga mungkin akan meningkat, karena melihat cost of funds juga sudah lebih murah, karena yield-nya turun signifikan,” tambahnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More
Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More
Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More
Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More
Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More
Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More