Jakarta – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini (9/10) diprediksi masih akan terpengaruh oleh sentimen perang dagang AS dan Tiongkok.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra ketika dihubungi oleh infobanknews di Jakarta. Dirinya menyebut, negosiasi dagang AS-Tiongkok masih jadi katalis pasar.
“Kemarin Pemerintah AS memperluas daftar hitam perusahaan Tiongkok yang tidak bisa berbisnis dengan perusahaan AS. Kebijakan ini meningkatkan friksi AS-Tiongkok menjelang negosiasi,” kata Ariston di Jakarta, Rabu 9 Oktober 2019.
Dirinya menilai pasar masih mengkhawatirkan negosiasi akan tidak mengahasilkan kata sepakat yang diinginkan kedua belah pihak.
Oleh karena itu, pergerakan rupiah masih berpotensi ke area Rp14.190/US$ dengan support di Rp14.100/US$.
Sebagai informasi, pada pembukaan perdagangan hari ini (9/10) Kurs Rupiah berada di level Rp14.228/US$ posisi tersebut melemah signifikan bila dibandingkan pada penutupan perdagangan kemarin (8/10) yang masih berada di level Rp14.162/US$.
Sementara, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, (9/10) kurs rupiah berada pada posisi Rp14.182 US$ menguat dari posisi Rp14.170/US$ pada perdagangan kemarin (8/10). (*)
Editor: Rezkiana Np
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More