Categories: Analisis

Pertumbuhan Ekonomi Perlu Didukung Penurunan Bunga

Tingkat bunga acuan BI atau BI rate di level 7% dinilai masih sangat kompetitif kendati Fed Fund rate mengalami kenaikan. Ria Martati

Jakarta–Credit Suisse memperkirakan adanya pemulihan ekonomi Indonesia tahun 2016 menyusul paket stimulus ekonomi yang diluncurkan baru-baru ini, serta lebih banyak kebijakan fiskal dan keuangan yang mendukung pertumbuhan.

PDB Indonesia diprediksi meningkat 5,2% pada 2016, lebih tinggi dari konsensus yang menyatakan peningkatan sebesar 4,9%. Kebijakan makroekonomi yang berubah menjadi pendukung. Selain itu, terdapat beberapa tanda awal perbaikan konsumsi dan belanja modal setelah pemerintah meluncurkan tujuh paket stimulus ekonomi September lalu. Pemerintah juga mulai bergera untuk melakukan reformasi struktural seperti memotong jalur birokrasi serta peraturan yang tidak konsisten, serta membuat perumusan upah minimum yang lebih terprediksi.

Aspek dari paket stimulus ekonomi yang paling berdampak terhadap siklus pertumbuhan adalah bagaimana paket tersebut memberi ruang gerak bagi kebijakan keuangan serta sistem pembayaran yang lebih baik untuk pengeluaran fiskal. Untuk proyeksi pertumbuhan 6-12 bulan ke depan, Credit Suisse berpendapat bahwa beberapa faktor pendorong daya beli, seperti pemotongan tarif diesel dan listrik bagi pelanggan kalangan industri, serta penyaluran beras murah, akan sangat membantu dalam mendorong pertumbuhan PDB.

“Langkah-langkah ini bisa menunjang permintaan domestik dan menurunkan inflasi sehingga Bank Indonesia bisa mempermudah sikap moneter mereka,”ujar Jahanzeb  Naseer, Head of Equity Research Credit Suisse untuk Indonesia di Jakarta, Senin, 21 Desember 2015.

Credit Suisse memperkirakan pembelanjaan fiskal akan mendorong peningkatan PDB sebesar 20 bps, menyusul meningkatnya pengeluaran pembelanjaan modal. Ini dibandingkan dengan penurunan 200 bps dalam GDP tahun ini dibandingkan 2014. Sementara, Bank Indonesia sepertinya akan menurunkan suku bunga sebesar 75 bps, dengan mengutamakan inflasi yang diprediksi menurun dengan rata-rata di bawah 5 persen pada tahun depan.
“Penurunan suku bunga penting untuk mendorong konsumsi, karena 50 persen GDP Indonesia masih didorong oleh konsumsi,” tambahnya.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga Amerika Serikat tahun depan masih mengancam. Beberapa ekonom malah memprediksi kenaikan suku bunga Amerika masih bisa berlangsung dua hingga tiga kali lagi tahun depan. Meskipun diakui respons bank sentral mungkin saja tidak dengan menaikkan suku bunga lagi. Bahkan tak menutup kemungkinan BI akan menurunkan suku bunga.

”Dengan asumsi BI rate turun ke 7,0% dan Fed Fund rate akan naik 1%-1,25% di 2016, suku bunga Indonesia masih menarik secara historis dan dibandingkan peers,” jelas Leo Putra Rinaldy, ekonom Mandiri Sekuritas dalam acara global economic outlook di Gedung Mandiri, kemarin.

Namun yang jadi permasalahan di tahun depan, kata Leo yakni jika kenaikan FFR tersebut dilakukan tidak secara bertahap. Karena bisa membuat volatilitas pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar sangat bersar dan tidak terbatas.

Sebenarnya, BI sendiri sudah mengisyaratkan pelonggaran kebijakan moneternya. “Data-data terkini terkait inflasi kami semakin yakin bahwa inflasi di 2015 akan di bawah 3%, survei terakhir untuk Desember kira-kira 0,5%,” ujar Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung di Gedung BI, beberapa waktu lalu.

Menurut Juda, defisit transaksi berjalan pada tahun ini juga diperkirakan dapat berada pada kisaran 2% dan dari sisi stabilitas makro ekonomi juga terlihat semakin baik. Sehingga dalam ke depannya pada Januari 2016, kata dia,  dapat saja terjadi pelonggaran moneter.

“‎Bentuk (pelonggaran) bisa secara kuantitatif atau suku bunga. Ini keduanya akan jadi pertimbangan di Januari nanti dan kami akan evaluasi kondisi pertumbuhan ekonomi dan instrumen kebijakan yang akan kami keluarkan,” kata Juda. (*)

Paulus Yoga

Recent Posts

Apindo Tolak Kenaikan PPN 12 Persen: Ancam Daya Beli dan Pertumbuhan Ekonomi

Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More

18 mins ago

BI Laporkan Uang Beredar Oktober 2024 Melambat jadi Rp9.078,6 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More

55 mins ago

IIF Raih Peringkat Gold Rank pada Ajang Penghargaan ASRRAT

Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More

1 hour ago

Hyundai New Tucson Mengaspal di RI, Intip Spesifikasi dan Harganya

Jakarta – Menjelang akhir 2024, PT Hyundai Motors Indonesia resmi merilis new Tucson di Indonesia. Sport Utility Vehicle (SUV)… Read More

1 hour ago

Direktur Keuangan Bank DKI Raih Most Popular CFO Awards 2024

Jakarta - Romy Wijayanto, Direktur Keuangan & Strategi Bank DKI menerima penghargaan sebagai Most Popular… Read More

1 hour ago

Wamenkop: Koperasi jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan dan Jeratan Rentenir

Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan peran strategis koperasi, khususnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dalam… Read More

2 hours ago