Perbankan dan Keuangan

Pertumbuhan DPK Menurun, Bos LPS Ungkap Penyebabnya

Jakarta – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan merupakan suatu proses normalisasi dan bukan pertanda buruk bagi perekonomian Indonesia.

Asal tahu saja, pertumbuhan DPK pada Juni 2023 tercatat melambat menjadi 5,79 persen yoy, dibandingkan Mei 2023 sebesar 6,55 persen menjadi Rp8.042 triliun. Dengan pertumbuhan terendah pada tabungan dilevel 2,97 persen yoy.

Baca juga: Waduh, Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat, DPK juga Ikut-ikutan Melambat

“Dulu kan sebelum krisis kan di 6 persenan kalau masalah pertumbuhan DPK-nya. Sekarang mungkin bergerak ke arah sana. Mungkin biasanya ada overshoot, nanti stabilize lagi. Tapi ini tidak menggambarkan keadaan memburuk. Mungkin sebaliknya, sebagian orang lagi belanja,” ujar Purbaya saat ditemui Wartawan di Fairmont Jakarta, Senin 14 Agustus 2023.

Menurutnya, pertumbuhan DPK di triwulan II 2023 terbilang cukup baik. Purbaya menilai perlambatan DPK tidak akan berlangsung lama, karena ada kemungkinan penyebab perlambatan DPK adalah belanja masyarakat yang sedang meningkat.

“Jadi mungkin mereka belanjain, nanti pada saat-saatnya setelah itu baru balik lagi ke sistem perbankan. Artinya multiplier effect-nya baru terasa. Jadi ini bukan sesuatu yang tanda buruk,” ungkapnya.

Dia pun menjelaskan bahwa pertumbuhan dana di bawah Rp100 juta yang di himpun perbankan cenderung meningkat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Di sisi lain, pertumbuhan dana di atas Rp100 juta juga sedang menurun. Artinya ada penggunaan dana untuk belanja.

“Jadi belanja, mulai ada multiplier effect ke kalangan yg bawah. Seperti itu yang terjadi maka ada yang positif. Walaupun kita akan mengetahui dalam waktu ke depan apa yang menyebabkan pertumbuhan cenderung melambat,” ujarnya.

Baca juga:  DPK Tembus Rp313,26 T, BTN Dinobatkan Sebagai Best Savings Bank di Inggris

Dia juga menegaskan bahwa apabila terjadi gangguan pada ekonomi yang menyebabkan perlambatan DPK, maka KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) yaitu LPS, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Keuangan akan mengevaluasi kebijakan yang ada.

“Yang jelas kalau memang ada gangguan di ekonomi yang kita anggap betul-betul memicu perlambatan, kita akan evaluasi kebijakan yang ada di LPS, nanti mungkin ngomong juga di KSSK. Tapi sampai sekarang sih masih belum ada indikasi adanya perlambatan ekonomi yang seperti itu,” jelas Purbaya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

7 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

8 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

9 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

10 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

11 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

11 hours ago