Harapan akan penguatan Rupiah menjadi berkurang sehingga membuat Rupiah masih berada di zona merahnya. Rezkiana Nisaputra
Jakarta–Pelaku pasar harus menerima kenyataan pahit bahwa Rupiah belum menemukan momentum penguatannya. Selain terimbas penguatan kembali oleh laju Dolar AS karena penurunan harga komoditas global, laju Rupiah juga belum didukung oleh sentimen dalam negeri.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, beberapa hal yang secara tidak langsung mempengaruhi pelemahan Rupiah antara lain, pernyataan Bank Indonesia (BI) yang memprediksi kondisi ekonomi Indonesia sampai semester I-2016 (1H16) belum akan menunjukkan perbaikan signifikan.
“Sampai 1H16 belum menunjukkan perbaikkan signifikan yang ditunjukkan adanya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dan defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI),” ujar Reza dalam risetnya, di Jakarta, Jumat, 25 September 2015.
Menurut Reza, Gubernur BI (Agus D.W. Martowardojo) pernah menegaskan, bahwa arus dana masuk atau capital inflow masih dalam tren minim, sehingga transaksi finansial belum menjanjikan karena ketidakpastian di pasar global, terutama bersumber pada rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika.
Sedangkan faktor lainnya, adalah melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia yang berpengaruh pada penurunan arus dana masuk, dan adanya penilaian pemangkasan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2016 menjadi 5,3% dari sebelumnya 5,5%. Lalu, adanya tekanan dari data manufaktur China.
“Tekanan dari data manufaktur China yang di luar dugaan turun ke level terendah sejak 2009, juga menjadi faktor yang mempengaruhi pelemahan Rupiah,” tukas Reza.
Sebelumnya Reza menyampaikan, laju anomali Rupiah tentunya dapat mempengaruhi arah dan tren selanjutnya dari Rupiah. Sepanjang belum ada hal positif yang dapat memberikan kenyamanan bagi para pelaku pasar maka pelaku pasar akan cenderung menjauhi pasar. Meski demikian, harus tetap mewaspadai sentimen di pasar.
Harapan akan penguatan Rupiah pun menjadi berkurang sehingga membuat Rupiah masih di zona merahnya. Intervensi pasar oleh BI pun tidak akan ada gunanya bila tidak ada upaya perbaikan dari sisi pemerintah. Selain itu, Intervensi sesaat hanya membuat Rupiah menguat sesaat juga, namun, tetap dalam tren menurun.
“Sepanjang belum ada kabar positif maka pelaku pasar akan cenderung menjauhi pasar. Meski demikian, tetap mewaspadai sentimen di pasar. Laju Rupiah di bawah target support Rp14.495. Rp14.725-14.600 (kurs tengah BI),” tutupnya. (*)
Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More
Jakarta – Kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah tetap moncer di… Read More
Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More
Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More