News Update

Perjanjian Dagang dengan Mozambik Buka Akses Pasar Produk RI

Jakarta – Ditandatanganinya perjanjian perdagangan atau Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Mozambik, dinilai menjadi stimulus positif untuk Indonesia bisa menggarap pasar Afrika. Apalagi di tengah gejolak ekonomi global saat ini, diversifikasi pasar ke Afrika dipandang urgent untuk bisa mengamankan ekspor.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pun menyambut baik ditandatanganinya Indonesia dan Mozambik Preferential Trade Agreement (IM-PTA). Perjanjian dagang ini dinilai sangat potensial untuk membuka akses pasar produk Indonesia yang lebih besar ke pasar Mozambik. Tak hanya itu, produk Indonesia juga bisa masuk ke pasar Afrika di sekitar Mozambik.

“Kemungkinan yang akan memanfaatkan adalah industri-industri kita yang memang ekspansif mengekspor seperti palm oil dan turunannya, kertas, garment, makanan minuman, dan lain-lain,” ujar Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2019.

Shinta melihat selama ini pasar Afrika merupakan pasar nontradisional yang tidak besar dan tidak semenguntungkan pasar tujuan ekspor trandisional. Namun, tetap saja Apindo menilai, pembukaan pasar Afrika melalui IM PTA merupakan langkah maju. Utamanya dalam hal mendiversifikasi pasar tujuan ekspor dan komoditi ekspor Indonesia ke kancah dunia.

“Sehingga secara keseluruhan performa ekspor kita   ke seluruh dunia lebih stabil dan konsisten tujuan dengan dibukanya negara-negara ekspor alternatif,” ucapnya.

Saat ini, pasar tujuan ekspor dan komoditi yang diekspor terlalu sempit. Ekspor hanya ke negara-negara tertentu dengan komoditi yang juga tertentu sangat rentan terganggu. Hal ini bisa datang jika negara tujuan ekspor tengah mengalami pelambatan ekonomi atau menerapkan proteksi perdagangan terhadap produk Indonesia sebagaimana terjadi saat ini.

“Oleh karena itu, pembukaan pasar-pasar ekspor alternatif seperti Afrika dalam jangka panjang bisa membuat performa ekspor kita lebih stabil dan lebih resilient karena ekspor kita tidak bergantung pada segelintir negara tujuan ekspor dan segelintir komoditi ekspor,” paparnya.

Namun demikian, pihaknya pun memaklumi belum adanya realisasi dari perjanjian dagang ini. Hal tersebut karena perjanjian itu baru saja ditandatangani dan belum ada realisasi perdagangan antara kedua negara. Ratifikasi yang dilakukan Mendag Enggartiasto dinilainya adalah terobosan meningkatkan ekspor.

Ekonom UI Lana Soelistianingsih pun mengapresiasi langkah pemerintah yang coba menjangkau pasar Afrika melalui Preferential Trade Agreement Indonesia-Mozambik. Hal ini mengingat kondisi pasar global yang masih belum menentu saat ini. Di sisi lain, Indonesia selama ini lebih banyak berkonsentrasi pada pasar-pasar tradisional.

“Ini harus dilakukan karena ini bagian dari inovasi. Kita harus mencoba market baru,” kata dia.

Indonesia, menurutnya, memang perlu terbuka dan mendatangi pasar-pasar yang selama ini belum pernah didatangi. Hanya saja, ia meminta pemerintah juga mesti waspada. Jangan sampai kerja sama ini justru membuka pasar nasional yang besar untuk negara lain.

Untuk itu, tambah dia, yang perlu diperhatikan dalam kerja sama perdagangan adalah soal efektivitasnya. Perlu dihitung seberapa besar potensi ekspor Indonesia ke negara tersebut. Ia menyarankan Indonesia bisa memasarkan produk nasional yang pastinya tidak dimiliki negara-negara Afrika, misalnya CPO. Ini karena komoditas tersebut hanya bisa ditanam di Indonesia dan Malaysia.

Penandatanganan perjanjian IM-PTA dilakukan oleh Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Mozambik, Ragendra Berta de Sousa di Maputo, Mozambik, Selasa (27/8). Penandatanganan dilakukan di -sela pameran dagang terbesar di Mozambik, the 55th International Trade Fair – FACIM 2019.

Penandatanganan IM-PTA ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Presiden RI, Joko Widodo untuk meningkatkan akses pasar ke pasar non-tradisional dalam rangka mendorong ekspor.

Di kawasan Benua Afrika, Mozambik merupakan negara tujuan ekspor ke-17 Indonesia. Total perdagangan Indonesia-Mozambik tahun 2018 sebesar US$91,88 juta dengan ekspor Indonesia tercatat sebesar US$61,4 juta dan impor sebesar US$30,5 juta. Dengan demikian, Indonesia surplus US$30,9 juta.

“Setelah berlangsung selama tiga kali, perundingan dapat diselesaikan dengan baik dan minggu lalu di Bali, pada pelaksanaan Indonesia-Africa Infrastructure Dialog (IAID), kedua negara mengumumkan secara resmi penyelesaian perundingan IM-PTA. Dengan bangga hari ini kedua pemerintah menandatangani perjanjian dagang ini,” tutur Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Evelyn Halim, Dirut SG Finance, Raih Penghargaan Top CEO 2024

Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More

2 hours ago

Bos Sompo Insurance Ungkap Tantangan Industri Asuransi Sepanjang 2024

Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More

3 hours ago

BSI: Keuangan Syariah Nasional Berpotensi Tembus Rp3.430 Triliun di 2025

Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More

3 hours ago

Begini Respons Sompo Insurance soal Program Asuransi Wajib TPL

Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More

4 hours ago

BCA Salurkan Kredit Sindikasi ke Jasa Marga, Dukung Pembangunan Jalan Tol Akses Patimban

Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More

5 hours ago

Genap Berusia 27 Tahun, Ini Sederet Pencapaian KSEI di Pasar Modal 2024

Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More

5 hours ago