Inggris – Bank besar dan bank kecil memiliki pandangan yang berbeda dalam pengembangan IT. Bank besar terlihat begitu ambisius dalam pengembangkan IT nya. Baru-baru ini crnrstone.com memaparkan, Citigroup menghabiskan US$ 8 miliar untuk mengembangkan IT nya pada 2017. Sementara JPMorgan Chase menghabiskan sekitar US$ 10,8 miliar untuk pengembangan teknologinya pada 2018.
Pada tahun-tahun sebelumnya, bank-bank besar ini mengatakan bahwa sekitar sepertiga dari anggaran teknologinya akan dihabiskan untuk investasi baru. Gambaran ini juga mnunjukkan seberapa besar bank bertaruh untuk teknologi baru, mulai dari otomatisasi proses robot hingga sistem blockchain open-ledger, yang dapat membantu memangkas biaya dalam jangka panjang. WSJ menyebutkan, US$8 atau US$11 miliar tentu jumlah yang cukup banyak untuk dibelanjakan pada teknologi , terutama bagi lembaga keuangan dimana biaya tersebut mencapai mendekati seperempat aset yang dimiliki.
Mari melektakkan pada perspektif yang sama. Citi memiliki asset sekitar US$1.385 triliun. Berdasarkan data NCUA total aset Credit Unions pada kuartal pertama 2017 mencapai US1,34 triliun. Sementara aset Chase mencapai lebih dari US$755 miliar. Diakui ada perbedaan size antara Citi, Chase dan bank-bank menengah atau credit union. Bank besar ternyata megeluarkan spending yang ternyata lebih kecil dalam teknologi.
Baca juga: Ini Alasan Bank Kecil Kesampingkan IT
Berdasarkan laporan crnrstone.com, pengeluaran Citi hanya mencapai 0,577% dari total asetnya. Pengeluaran Chase lebih rendah atau mencapai 0,504% dari total asetnya. Data Cornerstone Performance Report 2017 mengatakan, pengeluaran IT bank menengah mencapai 0,223% dari aset, atau turun 6% dari 2015. Posisi credit union berada diantaranya, yakni mencapai 0,410% dari total aset 2016, atau meningkat dibandingkan 2014 yang mencapai 0,360%.
Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan biaya? Citi mengeluarkan hingga US$8 miliar. Angka ini menggambarkan sekitar 1-5 kali dari total biaya pada bank menengah. Sementara IT Expenditure hanya merepresentasikan 1-10 dari total biaya non bunga. Di credit union, sedikit lebih tinggi, mencapai 13%.
Selama ini, sepertinya bank besar bertaruh bahwa teknologi baru, mulai dari otomatisasi proses robot hingga sistem blockchain open-ledger, dapat membantu memangkas biaya dalam jangka panjang. Sebaliknya, teknologi baru ini bahkan tidak ada dalam radar LK menengah.
Di bank, misalnya, hanya 5% yang sudah melakukan investasi, atau akan melakukan investasi pada 2018, dalam otomatisasi proses robot. Dan lebih dari enam dari 10 bank menengah, tidak terpikir mengenai pengembangan AI (Artificial Technology). Di antara Credit Union, lebih dari separuh setidaknya mendiskusikan AI dan blockchain. Hal ini menandakan, perbedaan persepsi, filosofi dan budaya organisasi yang bisa mendasari atau mempengaruhi kebijakan besaran spending dana untuk pengembangan teknologi.(*)
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More