News Update

Perbankan RI Harus Marathon Untuk Hadapi Pandemi

Jakarta – Kepala Ekonom BNI, Ryan Kiryanto memandang perjalanan industri perbankan di tanah air dalam menghadapi situasi yang tidak terduga saat ini, yaitu pandemi Covid-19 ibarat lari marathon. Hal ini karena dampak pandemi tak akan terjadi dalam kurun waktu jangka pendek. Maka dari itu, diperlukan determinasi, stamina, endurance, energy dan power agar perbankan dapat menangani dinamika eksternal yang menyertai setiap waktu.

“Kita hidup di era disrupsi, kita hidup di era VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity). Pesan dari saya paling tidak 18 bulan sampai 24 bulan kedepan kita akan marathon untuk selesaikan PR, yakni PR untuk perbaiki NPL, PR untuk menjaga likuiditas agar tidak merosot, dan PR untuk menjaga kondusifitas ekosistem perbankan. Sehingga perbankan bisa lepas dari era pertahanan ini dan tahun depan kita bisa mulai keeping up untuk memainkan peran sebagai lembaga intermediasi yang betul-betul joss,” kata Ryan, dalam Public Discussion yang diselenggarakan Infobank dengan tema ‘Kesehatan Bank dan Rumoris Negatif di Tengah Pandemi’, Jakarta Kamis 2 Juli 2020.

Selain itu, pada situasi terkini, perbankan juga dihadapkan dengan adanya rumor dan hoax yang beredar di ranah publik baik di kanal elektronik, media sosial dan cetak. Menurut Ryan, untuk menangani hal tersebut, pihak-pihak terkait harus meningkatkan alert-nya tinggi-tinggi, karena setiap suara yang keluar di ruang publik harus secepatnya di-capture dan di-handle. Caranya, adalah dengan menunjukkan ke publik bahwa baik dari pihak otoritas atau bank yang namanya disebut, sudah lakukan upaya sungguh-sungguh dalam kerangka perbaikan.

“Tunjukan kepada publik sehingga publik lambat laun level trust naik, kalau sudah naik tentu rumor atau hoax pasti akan terpatahkan dengan sendirinya. Cukup buktikan, tunjukan data-data perbaikan kepada publik. Penting bagi kita untuk menjaga ekosistem perbankan kita tetap sehat, karena bank adalah salah satu kontributor dominan untuk lakukan kegiatan ekonomi,” ucap Ryan.

Tak hanya itu, lanjut dia, sebanyak 90% dari total financing atau pembiayaan ke real sektor itu masih dipegang sektor perbankan. Oleh karena itu, seluruh pihak harus bersama menjaga ekosistem perbankan agar tetap sejuk dan kondusif sehingga semua bisa bekerja dengan baik. (*) Ayu Utami

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Jasa Marga Catat 1,5 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabotabek hingga H+1 Natal 2025

Poin Penting 1,56 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama H-7 hingga H+1 Natal 2025, naik 16,21… Read More

8 hours ago

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

14 hours ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

15 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

15 hours ago

Harga Emas Antam, Galeri24, dan UBS Hari Ini Kompak Naik, Cek Rinciannya

Poin Penting Harga emas Galeri24, UBS, dan Antam kompak naik pada perdagangan Sabtu, 27 Desember… Read More

16 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

1 day ago