Categories: Perbankan

Perbankan Bali Nusra Tumbuh Lebih Tinggi Dari Industri

Jakarta–Di tengah berlanjutnya kebijakan makro ekonomi yang ketat, kondisi perbankan Bali Nusa Tenggara sebagai penopang utama stabilitas sistem keuangan menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi Nasional.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati mengatakan meski tumbuh terbatas, kredit perbankan Bali Nusa Tenggara pada bulan September 2015 tercatat sebesar 13,53%, masih lebih tinggi dari pertumbuhan kredit perbankan Nasional yang sebesar 11,09% (yoy).

Kredit konsumtif masih mendominasi penyaluran kredit yaitu sebesar 42,35%. Selebihnya untuk kredit modal kerja sebesar 34,87% dan kredit investasi sebesar 22,78%. Berdasarkan sektornya, kredit sektor perdagangan merupakan sektor penyaluran kredit terbesar yaitu mencapai 25% dari total penyaluran kredit, kemudian sektor konstruksi (17,92%) dan sektor akomodasi, makanan dan minuman (11,06%).

“Dukungan perbankan Bali Nusa Tenggara terhadap UMKM juga tercatat masih cukup baik sebagaimana tercermin pada pertumbuhan penyaluran kredit UMKM yang memiliki share sebesar 31,84% terhadap total kredit pada September 2015, tercatat sebesar 13,53% (yoy),” kata Dewi dalam sambutannya pada acara Pelatihan Wartawan Ekonomi & Bisnis Bali Nusa Tenggara di Gili Trawangan, NTB, 4-6 Desember 2015.

Angka itu lebih tinggi dari angka nasional yang tercatat 9,11% yoy. Kinerja perbankan masih dapat dijaga pada tingkat yang sehat, hal ini tercermin dari tingkat loan to deposit ratio (LDR) Bank yang tercatat pada level 78,49% sert NPL rata-rata yang tetap terjaga dikisaran 1,91%.

Sementara itu, pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung mengalami perlambatan. Penghimpunan DPK bank di Provinsi Bali Nusa Tenggara pada September 2015 mencapai 160,6 Triliun, atau tumbuh 12,95% (yoy). Pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan DPK pada bulan September 2014 yang tercatat sebesar 16,51% (yoy). Seiring dengan pertumbuhan DPK yang lebih rendah dari tingkat pertumbuhan kredit, terdapat tendensi pengetatan likuiditas perbankan di wilayah Bali Nusa Tenggara. (*) Ria Martati

Paulus Yoga

Recent Posts

Tabungan Jadi Prioritas atau Gaya Hidup? Simak Pandangan UOB Indonesia

Jakarta - UOB Indonesia memandang pentingnya literasi keuangan untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola keuangan pribadi… Read More

4 hours ago

OJK Tegaskan Penghapusan Utang Kredit UMKM Tak Perlu Aturan Turunan

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa penghapusan utang kredit usaha mikro, kecil, dan… Read More

6 hours ago

Strategi UNTD Hadapi Persaingan Motor Listrik di Tengah Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Tangerang - PT Terang Dunia Internusa Tbk, menyiapkan sejumlah strategi khusus menghadapi pelemahan daya beli… Read More

8 hours ago

Gara-gara Kasus Investree, OJK Tegas Bakal Lakukan Ini ke Industri Fintech Lending

Jakarta - Kasus yang menimpa PT Investree Radhika Jaya atau Investree menyita perhatian masyarakat, dianggap… Read More

8 hours ago

Era Open Banking, OJK Wanti-wanti 3 Tantangan Ini ke Industri Perbankan

Jakarta - Istilah open banking mengacu kepada aksesibilitas data yang semakin terbuka, memungkinkan bank untuk… Read More

9 hours ago

Gelar Indonesia Knowledge Forum 2024, BCA Dorong Penguatan Sektor Bisnis

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menggelar Indonesia Knowledge Forum (IKF) 2024, di… Read More

9 hours ago