Moneter dan Fiskal

Perbanas Beberkan 5 Jurus Hadapi Ketidakpastian Global

Poin Penting

  • Ketidakpastian ekonomi global berada pada level tertinggi dalam lebih dari satu dekade, dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik hingga resiprokal tarif yang memperlambat perdagangan
  • Perbanas menekankan lima langkah strategis bagi Indonesia, termasuk memperkuat ekonomi domestik
  • Peluang ekspor Indonesia terbuka luas ke pasar nontradisional seperti Asia Tengah, Timur Tengah, Afrika, dan GCC, di tengah melemahnya permintaan dari AS, Tiongkok, dan Uni Eropa.

Jakarta – Enrico Tanuwidjaja, Economist Perbankan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menilai tingkat ketidakpastian ekonomi global saat ini berada pada level tertinggi dalam lebih dari satu dekade, bahkan melampaui fase-fase krisis, seperti Brexit, perang dagang, hingga pandemi COVID-19.

“Saat ini kita berada di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian. Jika kita bandingkan dengan beberapa periode krisis seperti Brexit, perang dagang, atau COVID-19, tingkat ketidakpastian saat ini bahkan lebih tinggi,” ujarnya, dalam Press Conference CEO Forum Economic Outlook 2026: Navigating Slower Demand for credits in a changing Economy, yang diselenggarakan PERBANAS, di Ballroom Menara BRILiaN, Jakarta, Rabu, 10 Desember 2025.

Menurutnya, ada tiga penyebab utama yang mendorong tingginya volatilitas ekonomi global. Pertama, ketegangan geopolitik meningkat, baik di Ukraina, Timur Tengah, maupun di beberapa negara Asia seperti Bangladesh dan Nepal. Ini berdampak pada volatilitas global, termasuk ke Indonesia.

Kedua, resiprokal tarif yang bersifat transaksional, bukan lagi ekonomi murni, membuat perdagangan global melambat. Ketiga, front-loading ekspor yang menopang ekonomi global di 2025 diperkirakan selesai, sehingga 2026 ekspor global berpotensi menurun.

“Hubungan AS–China juga menjadi pusat perhatian yang dapat memicu volatilitas pasar keuangan, termasuk arus modal ke negara berkembang,”ungkapnya.

Baca juga: Perbanas Minta Pemerintah Terapkan Strategi Dual Track Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Lima Sikap Strategis Indonesia

Dalam menghadapi tekanan global tersebut, Enrico menekankan perlunya Indonesia mengambil lima langkah strategis. Satu, memperkuat ekonomi domestik, terutama konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama Produk Domestik Bruto (PDB). Data Perbanas menunjukkan konsumsi masih menjadi porsi terbesar dalam struktur pengeluaran.

Dua, memanfaatkan pelemahan rupiah untuk memperkuat ekspor ke negara-negara nontradisional seperti Asia Tengah dan Afrika. Tiga, melakukan pendalaman pasar keuangan agar instrumen pembiayaan dan likuiditas domestik semakin kuat, terutama di tengah tren pengetatan kondisi keuangan global.

Kemudian, empat memperkuat sinergi antara pemerintah dan perbankan agar dampak fiskal lebih efektif mendorong sektor-sektor berpengaruh tinggi seperti makanan-minuman, transportasi, dan logistik, yang merupakan sektor dengan fiscal multiplier tertinggi.

“Yang kelima, menjaga momentum penurunan suku bunga untuk menstimulasi, mendorong permintaan kredit dan investasi,” kata Enrico.

Baca juga: Meski Likuiditas Longgar, Perbanas Proyeksikan Kredit 2026 Hanya Tumbuh Single Digit

Peluang Ekspor Indonesia ke Pasar Alternatif

Di tengah tekanan global dan potensi pelemahan permintaan dari pasar tradisional seperti AS, Tiongkok, dan Uni Eropa, Enrico menekankan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk memperluas ekspor ke pasar nontradisional.

Menurutnya, pelemahan rupiah justru dapat dimanfaatkan untuk mendorong daya saing ekspor ke kawasan Asia Tengah, Timur Tengah, Afrika, hingga negara-negara GCC, yang dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif dan peningkatan permintaan produk primer maupun manufaktur.

Selain itu, ia mengungkapkan bahwa ASEAN kini menjadi salah satu blok ekonomi terbesar dunia dengan nilai ekonomi mencapai USD3,7 triliun pada 2024. Peluang ini dapat ditangkap Indonesia sebagai negara ekonomi terbesar di kawasan.

“Dengan kondisi global yang penuh tekanan, diversifikasi pasar ekspor bukan hanya pilihan, tapi keharusan,” pungkasnya. (*) Ayu Utami

Galih Pratama

Recent Posts

Ini Komitmen Easycash Dorong Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan RI

Poin Penting Easycash luncurkan MOJANG sebagai panduan praktis agar generasi muda dapat mengelola keuangan dengan… Read More

3 hours ago

Pengamat Beberkan Risiko Besar di Balik Wacana Penghapusan SLIK OJK

Poin Penting Penghapusan SLIK dinilai berisiko tinggi karena berpotensi meningkatkan kredit macet (NPL) akibat hilangnya… Read More

3 hours ago

ADB Kucurkan Pinjaman USD500 Juta untuk Perkuat Pendidikan dan Perlindungan Sosial RI

Poin Penting ADB memberi pinjaman USD500 juta untuk mendukung reformasi pendidikan, kesehatan, keterampilan, dan perlindungan… Read More

4 hours ago

BFN Fest 2025 Jadi Ajang Mendorong Inklusi Keuangan dan Perkuat Kepercayaan Publik

Poin Penting Mandiri BFN Fest 2025 resmi dibuka AFTECH sebagai puncak Bulan Fintech Nasional, menjadi… Read More

4 hours ago

60 Juta Warga Indonesia Aktif di Sosmed, MMA Bagikan Tips Optimalkan Social Commerce

Poin Penting Indonesia memiliki potensi besar social commerce, dengan 60 juta pengguna media sosial dan… Read More

5 hours ago

Begini Jurus Maybank Tingkatkan Literasi Keuangan Generasi Muda

Poin Penting Cashville Kidz adalah program Maybank untuk anak 9 sampai 12 tahun agar belajar… Read More

5 hours ago