News Update

Perbaikan Ekonomi Jadi Daya Tarik Pasar Obligasi Indonesia

Jakarta — Kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa bulan Juli lalu untuk menahan penerapan tarif perdagangan lebih lanjut dan terbukanya jalur negosiasi atas kemungkinan pembatalan atau setidaknya koreksi tarif yang sebelumnya sudah diterapkan oleh kedua belah pihak, menjadi berita positif bagi pasar obligasi Indonesia.

Sebab, faktor tersebut cukup mengembalikan risk appetite investor global, mendukung aliran masuk dana asing ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Pasar obligasi pun akhirnya menguat 0,85% setelah 3 bulan melemah dan investor asing mencatatkan pembelian bersih IDR9 triliun. Namun, hal itu belum tentu berindikasi sebagai titik balik untuk pasar obligasi di Indonesia.

Hal itu diungkapkan oleh Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Ezra Nazula, yang menyatakan bahwa risiko konflik dagang global masih belum tuntas sepenuhnya, dengan retorika antara AS dengan China yang masih berlanjut.

“Kita masih harus menunggu konsistensi perilaku investor. Tetapi yang tidak bisa kita abaikan adalah fakta bahwa nilai tukar Rupiah saat ini sudah lebih stabil, dan level imbal hasil obligasi Indonesia sangat menarik,” katanya, Senin (13/08).

Baca juga: Pelemahan Rupiah Mulai Berdampak ke Pasar Obligasi

Ezra menambahkan, dari segi fundamental Indonesia, beberapa faktor tidak berubah dan tetap menopang daya tarik pasar obligasi Indonesia, seperti perekonomian yang tetap menunjukkan tren perbaikan dan inflasi yang terjaga. Dari sisi kondisi pasar obligasi sendiri, kepemilikan asing atas obligasi yang dapat diperdagangkan sudah turun dari level tertinggi sekitar 41% ke kisaran 37% saat ini, sehingga potensi tekanan jual asing menjadi lebih terbatas.

“Satu hal yang dapat membuat investor asing semakin yakin berinvestasi pada obligasi Indonesia adalah stabilitas nilai tukar Rupiah. Ini yang masih menjadi ‘PR’. Tetapi untungnya Bank Indonesia terlihat sangat proaktif dan melakukan upaya-upaya preemtif untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Secara singkat, stabilitas Rupiah adalah katalis yang sangat penting yang dinantikan pasar,” ujar Ezra. (Ayu Utami)

Risca Vilana

Recent Posts

Tok! Harvey Moeis Divonis 6,5 Tahun Penjara dalam Kasus Korupsi Timah

Jakarta - Terdakwa Harvey Moeis dinyatakan bersalah atas tindak pidana korupsi pada penyalahgunaan izin usaha… Read More

29 mins ago

440 Ribu Tiket Kereta Api Ludes Terjual, KAI Daop 1 Tambah Kapasitas untuk Libur Nataru

Jakarta - PT KAI (Persero) Daop 1 Jakarta terus meningkatkan kapasitas tempat duduk untuk Kereta… Read More

57 mins ago

Aksi Mogok Massal Pekerja Starbucks Makin Meluas, Ada Apa?

Jakarta – Starbucks, franchise kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) tengah diterpa aksi pemogokan massal… Read More

1 hour ago

Mandiri Bagikan Ribuan Paket Natal, Sembako-Kebutuhan Sekolah untuk Masyarakat Marginal

Jakarta - Dalam rangka menyambut Natal 2024, Bank Mandiri menegaskan komitmennya untuk berbagi kebahagiaan melalui… Read More

2 hours ago

Simak! Jadwal Operasional Bank Mandiri, BCA, BRI, BNI, dan BSI Selama Libur Nataru

Jakarta – Sejumlah bank di Indonesia melakukan penyesuaian jadwal operasional selama libur perayaan Natal dan… Read More

2 hours ago

Siap-Siap! Transaksi E-Money dan E-Wallet Terkena PPN 12 Persen, Begini Hitungannya

Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More

5 hours ago