Moneter dan Fiskal

Perang Israel-Hamas Masih Berlanjut, Harga Minyak Dunia Malah Diproyeksi Melemah

Jakarta – Harga minyak dunia diproyeksikan melanjutkan pelemahan di minggu kedua di tengah konflik perang Israel dan Hamas. Dinukil Bloomberg, Jumat (3/11), harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2023 menguat 0,32% atau 0,26 poin menjadi US$82,72 per barel, pukul 14.06 WIB.

Disusul, harga minyak Brent kontrak Januari 2024 juga menguat 0,24% atau 0,21 poin ke US$87,06 per barel. Adapun, harga minyak mentah WTI diperdagangkan di bawah US$83 per barel. 

Lalu, harga minyak mentah Brent bertahan US$87 per barel setelah melonjak 2,6% pada Kamis (2/11/23) di tengah melemahnya dolar. 

Baca juga: Harga Minyak Terus Melonjak Akibat Perang Israel-Hamas, Negara Berkembang Semakin Tertekan?

Saat ini, pasukan zionis Israel terus mengepung jalur Gaza lantaran Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata.

Analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar mengatakan, masih ada risiko konflik perang menyebar dan mempengaruhi pasar minyak dunia. 

Risiko tersebut bisa dipicu lantaran pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman telah meluncurkan roket dan drone ke Israel. Militer Arab Saudi pun diketahui bentrok dengan kelompok militan tersebut.  

“Fakta bahwa invasi darat Israel ke Gaza dimulai tanpa memperluas perang Israel-Hamas telah memberikan harapan bahwa gangguan terhadap pasokan dan perdagangan minyak dapat dihindari,” jelas Dhar, dikutip CNBC, Sabtu, 4 November 2023.

Meski demikian kata dia, keterlibatan langsung Iran dalam perang Israel-Hamas diprediksi akan membuat harga minyak Brent berjangka naik menjadi US$100 per barel. 

Namun, harga minyak mentah sebagian besar telah melepaskan premi perangnya karena konflik tersebut tidak membahayakan pasokan dari wilayah tersebut, yang merupakan sumber dari sepertiga minyak dunia. 

Baca juga: Awas! Harga Minyak Dunia Bisa Capai Rekor Tertinggi jika Konflik Israel-Hamas Terus Berlanjut

Sementara itu, untuk permintaan bahan bakar di AS tetap rendah dan stok minyak mentah meningkat.  Lalu, terdapat pula juga tanda-tanda permintaan diesel yang terjadi di beberapa negara Eropa. 

Misalnya saja, penjualan di Spanyol, Inggris, Italia, dan Perancis pada September 2023 mengalami penurunan. Di sisi lain, AS meningkatkan tekanan pada Uni Emirat Arab, selaku produsen utama OPEC dalam putaran terbaru sanksi terkait Rusia. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Buka Golo Mori Jazz 2025, Maliq & D’Essentials Sukses Bikin Romantis Penonton

Manggarai Barat -  Grup musik jazz kondang Maliq & D’Essentials menjadi line up artis pembuka dalam festival musik International… Read More

4 hours ago

CIMB Niaga Finance Bagikan Dividen Rp232,17 Miliar, Setara 50 Persen dari Laba 2024

Jakarta – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) yang… Read More

13 hours ago

RMKE Bidik Volume Jasa 11,2 Juta Ton di 2025, Begini Strateginya

Jakarta - PT RMK Energy Tbk (RMKE) telah berhasil memuat 191 kapal dengan total muatan… Read More

14 hours ago

Indonesia-Turki Perkuat Arah Strategis Transisi Energi Bersih

Jakarta — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menandatangani Joint Study Agreement (JSA) dengan perusahaan energi asal Turki, Zorlu… Read More

14 hours ago

Aliran Modal Asing Keluar RI Rp24,04 Triliun dalam Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu kedua April 2025, aliran modal asing keluar atau capital… Read More

17 hours ago

RUPST Maybank Angkat Kembali Dato’ Khairussaleh Ramli Jadi Presiden Komisaris

Jakarta – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (Perseroan) tahun… Read More

1 day ago