Ilustrasi Pergerakan saham big banks yang kompak turun usai BI umumkan tahan suku bunga 4,75 persen, Rabu, 22 Oktober 2025. (Foto: istimewa)
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hampir 7 persen pada Selasa, 18 Maret 2025, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah pembekuan sementara perdagangan saham (trading halt) guna mencegah penurunan lebih tajam.
Salah satu faktor yang diduga menjadi pemicu kejatuhan IHSG adalah keputusan Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight pekan lalu.
Selain itu, bank investasi asal New York ini juga menurunkan rekomendasi atas berbagai aset keuangan di Indonesia.
Baca juga : Pasar Saham RI Gelap: Longsor Besar dan Dibekukan Sementara
Tak hanya itu, Goldman Sachs turut menurunkan rekomendasi atas surat utang negara berjangka 10-20 tahun menjadi netral. Padahal, surat utang BUMN selama ini menjadi salah satu aset yang paling diminati oleh manajer investasi global.
Keputusan Goldman Sachs ini diambil setelah mereka memperkirakan defisit fiskal Indonesia pada 2025 meningkat menjadi 2,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,5 persen.
Ahli Strategi Goldman Sachs, Kenneth Ho dan Sandra Yeung, dalam laporannya menyebut kondisi pasar keuangan Indonesia masih tertekan akibat sentimen tarif dan perang dagang global. Hal ini membuat investor khawatir dan menarik dananya dari pasar Indonesia.
Baca juga : IHSG Longsor! Ekonom Nilai Imbas Kinerja APBN Jeblok
Lebih lanjut, ketakutan investor semakin meningkat setelah Presiden Prabowo merencanakan efisiensi anggaran, membentuk Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), serta menggencarkan program pembangunan 3 juta rumah.
Menurut Goldman Sachs, langkah-langkah tersebut berpotensi memperlebar defisit fiskal.
“Kami melihat ruang terbatas untuk kinerja yang lebih baik dari aset fixed income,” ujar laporan Goldman Sachs.
Mereka juga memperkirakan obligasi tenor panjang akan tertekan akibat meningkatnya risiko fiskal dan potensi bertambahnya suplai surat utang di pasar. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More
Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More
Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More
Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More
Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More
Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More