Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini (18/9) kembali mengalami pelemahan. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka melemah 18 poin atau 0,12 persen di level Rp14.898 per dolar AS.
Mata uang Garuda memperpanjang pelemahannya untuk hari kedua berturut-turut, setelah berakhir terdepresiasi 73 poin atau 0,49 persen di level Rp14.880 per dolar AS pada Senin (17/9). Bahkan, pukul 08.48 WIB hari ini, rupiah menyentuh Rp14.919 per dolar AS, melemah 39 poin atau 0,26 persen.
Menurut Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah yang kembali melemah, lebih dipicu oleh ekspetasi pasar yang berlebihan terhadap defisit neraca perdagangan Indonesia di periode Agustus 2018. Defisit neraca perdagangan Agustus 2018 yang sebesar US$1,02 miliar memang membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo sebelumnya mengatakan, ekspetasi pasar yang melebihi dosis perbaikan defisit neraca perdagangan tersebut, telah membuat nilai tukar rupiah di pasar spot tertekan selama dua hari berturut-turut. Di mana, defisit neraca perdagangan Agustus 2018 sendiri memang sudah menurun dibanding Juli 2018.
Baca juga: Rupiah Melemah Lagi, BI: Ekspektasi Pasar Terhadap Neraca Dagang Berlebihan
“Harapan pasar mungkin lebih dari itu dan kita tentu lihat seperti tadi bahwa butuh waktu karena tidak bisa langsung impor dipotong. Kita lihat prosesnya ada progres bagaimana defisit itu dari neraca perdagangan lebih kecil,” ujarnya kemarin.
Neraca perdagangan yang masih defisit tersebut telah menjadi katalis negatif bagi rupiah di tengah penguatan dolar AS terhadap beberapa mata uang kuat dunia lainnya. Namun, penurunan defisit neraca perdagangan di Agustus 2018 ini bisa berlanjut dan akan memperbaiki defisit transaksi berjalan di kuartal III 2018.
Sementara itu, dirinya meyakini, defisit neraca perdagangan pada September 2018 diharap akan membaik signifikan karena penerapan bahan bakar biodiesel bercampur 20 persen minyak kelapa sawit (B20) yang akan menurunkan impor minyak dan di sisi lain meningkatkan nilai ekspor kelapa sawit seiring tingginya permintaan.
“Yang penting kita lihat sekarang sisi tekanan ke rupiah dari neraca perdagangan seharusnya membaik karena kita membandingkan dengan bulan lalu, kecuali estimasi pasar lebih rendah defisitnya,” ucapnya. (*)
Jakarta - Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (kode saham: BBNI) menempati posisi penting… Read More
Jakarta – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) menyebutkan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai… Read More
Jakarta - Sejumlah bank digital di Indonesia telah merilis laporan keuangan pada kuartal III 2024.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (18/11) masih ditutup pada zona… Read More
Jakarta - PT IDX Solusi Teknologi Informasi (IDXSTI) pada hari ini (18/11) secara resmi telah… Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencatat penermaan dari sektor usaha ekonomi digital hingga 31 Oktober 2024 mencapai… Read More