Jakarta – Chief Economist PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Anton Hendranata memandang, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tidak terlalu kuat mendorong penyaluran kredit perbakan.
Dirinya menilai, terdapat dua variable yang paling sensitif mendorong kredit perbankan yakni pertumbuhan konsumsi rumah tangga, serta daya beli masyarakat.
“Ya suku bunga diperlukan turun tapi tidak cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan kredit karena variabel yang paling sensitif adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat,” kata Anton pada diskusi virtual ISEI Jakarta, Di Jakarta, Kamis 8 April 2021.
Anton menjelaskan, permasalahan krisis ekonomi pernah terjadi saat tahun 1998 dimana Pertumbuhan Ekonomi Indonesia sempat terkontraksi -13,1% dan angka konsumsi rumahtangga terkontraksi -10,6%. Penurunan konsumsi tersebut juga sempat terjadi saat krisis tahun 2008 dan 2009.
Oleh karena itu, Anton menilai pemberian Bantuan Sosial merupakan jalan terbaik dan cepat dalam implementasinya agar mendorong kembali belanja masyarakat.
Sebagai informasi saja, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sejak Januari 2020 hingga Januari 2021 telah turun hingga 125 basis poin (bps) atau 1,25% dimana saat ini bunga acuam BI berada pada level 3,5%. Namun angka kredit perbakan hingga Febuari 2021 masih terkontraksi -2,3% (YoY). (*)
Editor: Rezkiana Np
Jakarta - Emas atau logam mulia menjadi instrumen investasi tak lekang oleh waktu. Nilainya yang… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 7 Oktober 2024, ditutup… Read More
Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia secara resmi menunjuk Raffi Ahmad sebagai Wakil… Read More
Jakarta – Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) berhasil membukukan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp3,2 triliun… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada esok hari, Selasa, 8 Oktober 2024, bakal… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada hari ini, Senin 7 Oktober 2024, mengumumkan bahwa… Read More