Categories: Moneter dan Fiskal

Penurunan BI rate Masih Belum Akan Terjadi

Jakarta–Kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang cenderung ketat yakni menahan suku bunga acuannya (BI Rate) di level 7,5%, masih sejalan dengan kondisi perekonomian global yang masih menunjukkan ketidakpastian, khususnya terkait dengan rencana The Fed untuk menaikkan bunganya pada akhir tahun ini.

Mantan staf khusus Presiden SBY bidang ekonomi Firmanzah menilai, BI tidak akan menurunkan suku bunganya selama kondisi perekonomian global yang belum menunjukkan kepastian. Menurutnya, jika bank sentral menurunkan suku bunganya dari level 7,5%, maka akan ada risiko capital outflow (arus modal yang keluar).

“Kalau misalnya BI Rate diturunkan sekarang, di tengah-tengah kondisi ekonomi seperti ini dikhawatirkan akan mengakselerasi capital outflow,” ujar Firmanzah di Jakarta, Rabu, 25 November 2015.

Dia mengungkapkan, ketimbang harus menurunkan BI rate, dalam RDG pekan lalu BI memilih melonggarkan giro wajib minimum (GWM) primer dari 8% ke 7,5%. Kebijakan ini dalam tiga bulan, dipercaya mampu meningkatkan kredit perbankan hingga 0,6% dan peningkatan likuiditas hingga Rp18 triliun.

“Sedangkan terkait dengan penurunan GWM yang turun itu, BI sedang melakukan uji coba dulu GWM diturunkan, BI sedang exercise. Tiongkok lakukan hal sama, sebelum turunkan suku bunga, GWM dulu yang dulu relaksasi,” tukas Firmanzah yang juga Rektor Universitas Paramadina.

Sebagaimana diketahui dalam RDG-BI pada 17 November 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5%, dengan suku bunga Deposit Facility 5,50% dan Lending Facility pada level 8,00%. Sementara itu, RDG juga memutuskan untuk menurunkan GWM Primer dalam Rupiah, dari sebelumnya 8% menjadi 7,5% yang berlaku efektif sejak 1 Desember 2015.

Bank sentral menilai, bahwa stabilitas makroekonomi semakin baik sehingga terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. Namun demikian, BI terus mewasdapai risiko-risiko yang akan terjadi dalam kedepannya. (*) Rezkiana Nisaputra

Paulus Yoga

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

2 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

2 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

4 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

4 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

6 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

6 hours ago