Keuangan

Pentingnya Pembekalan Literasi Keuangan Bagi Pekerja Migran

Jakarta – Para pekerja migran dirasa perlu mendapatkan pembekalan literasi keuangan. Hal ini penting agar para pekerja migran bisa mengelola penghasilannya dengan baik. Selain itu, pengelolaan remitansi yang tepat sasaran juga bisa memperbaiki taraf hidup pekerja migran dan keluarganya.

Kepala Bagian Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, saat ini belum banyak pekerja migran yang memiliki pengetahuan memadai terkait literasi keuangan. Padahal literasi keuangan diperlukan supaya remitansi yang dihasilkan bisa meningkatkan kesejahteraan pekerja migran dan juga keluarganya.

“Pembekalan mengenai literasi keuangan bisa dilakukan pada saat mereka sedang menjalani pelatihan dan juga saat mereka sudah berhenti bekerja. Para pekerja migran harus tahu bagaimana menyimpan penghasilan yang aman, bagaimana mengelola penghasilan tersebut, misalnya untuk modal usaha, biaya pendidikan anak dan hal produktif lainnya,” ujar Hizkia dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa, 9 Januari 2018.

Selain pembekalan mengenai literasi keuangan, para pekerja migran juga harus dibekali keterampilan kerja. Hal ini akan sangat berguna saat pekerja migran memutuskan untuk kembali ke Tanah Air dan tidak bekerja lagi di luar negeri. Pembekalan keterampilan kerja juga diharapkan bisa menciptakan para wirausahawan baru yang turut serta menggerakkan perekonomian tempat tinggalnya dan ikut menciptakan lapangan kerja.

Pekerja migran, kata dia, merupakan tulang punggung keluarga dan desa mereka melalui remitansi senilai US$8 miliar per tahun (2014). Bank Dunia memperkirakan remitansi ini telah menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia hingga sebesar 26,7 persen (2000 – 2007). Mengingat sebagian besar dari pekerja migran adalah perempuan, remitansi turut memberi mereka status finansial yang lebih baik, dan pada akhirnya berkontribuasi pada kesetaraan gender.

BNP2TKI mencatat nilai remitansi pekerja migran Indonesia terus mengalami penurunan. Pada 2015 nilainya mencapai US$9,42 miliar. Nilai ini mengalami penurunan pada 2016 menjadi US$8,85 miliar. Pada periode Januari hingga September 2017, jumlah remitansi yang dihasilkan mencapai US$6,5 miliar atau setara dengan Rp88,62 triliun.

“Dengan jumlah yang fantastis tersebut, walau ada penurunan sejak diberlakukannya moratorium ke 21 negara Timur Tengah, pembekalan literasi keuangan dan keterampilan akan sangat membantu para pekerja migran dalam mengelola penghasilannya secara lebih efektif,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

4 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

5 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

8 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

8 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

9 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

11 hours ago