Keuangan

Pentingnya Literasi Keuangan Dalam Ciptakan Pembangunan Ekonomi Hijau

Jakarta – Berdasarkan faktanya, suhu permukaan bumi di Indonesia saat ini telah naik sekitar 1,2 derajat sejak tahun 1960 dan dapat menyebabkan climate change. Oleh karena itu, semua negara dan termasuk Indonesia memiliki komitmen untuk mengurangi polusi atau karbon yang dihasilkan melalui pembangunan ekonomi hijau.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menyampaikan, dalam mendukung hal tersebut perlu dipikirkan bagaimana menciptakan pembangunan yang tidak merusak lingkungan dan berbasis environmental friendly ataupun clean energy.

“Implikasinya adalah kalau kita ingin mengurangi polusi dan sebagaiannya, kitakan harus tidak boleh business as ussual jadi artinya pembangunan itu harus memikirkan yang tidak merusak lingkungan, environmental friendly, clean energy, green economic,” ucap Destry dalam Webinar LIKE IT: Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments di Jakarta, 12 Agustus 2022.

Menurutnya, dari sisi pasar keuangan yang harus diperhatikan adalah peran dari pemerintah dan perusahaan-perusahaan lainnya dalam mendorong instrument-instrument investasi yang bersifat green instrument.

“Dari pemerintah pun sudah mendorong banyak instrument-instrument yang sifatnya green instrumen, pemerintah sudah keluarkan sukuk global yang sifatnya green, kemudian ada juga sukuk retail yang green dan beberapa perusahaan saya melihat beberapa perbankan, BNI, Mandiri, BRI mereka juga mengeluarkan bounds yang sifatnya juga green bounds,” tambah Destry.

Kemudian dari sisi kelompok investor retail maupun korporasi nantinya juga mempunyai pemahaman terkait dengan environmental dan sustainable yang bagus. Sehingga, mereka dapat membiayai instrumen-instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh lembaga atau perusahaan tersebut dalam rangka menciptakan pembangunan yang sifatnya environmental friendly.

Oleh karena itu yang menjadi poin penting adalah koordinasi yang dilakukan oleh BI, OJK, LPS, dan Kemenkeu untuk bersama-sama melakukan literasi keuangan investor ritel, karena besarnya potensi investor ritel ke depan.

“Nah tentunya bagaimana pemahaman mereka terkait dengan instrumen investasi kemudian juga termasuk penyelenggaranya yang menerbitkan investasi itu mereka harus memahami itu. Sehingga literasi keuangan menjadi sangat penting sekali dan harus dilakukan juga secara kontinu, sustainable tidak hanya one time, selesai,” tutupnya. (*) Khoirifa

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

7 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

8 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

11 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

11 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

12 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

14 hours ago