Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa kinerja penjualan eceran mengalami perlambatan secara tahunan dan kontraksi secara bulanan.
Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang diterbitkan BI, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2025 tercatat sebesar 211,5 atau tumbuh 0,5 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 1,8 persen yoy pada Desember 2024.
Kelompok yang masih mencatat pertumbuhan adalah suku cadang dan aksesori sebesar 15,2 persen yoy serta barang budaya dan rekreasi sebesar 1,9 persen yoy.
Baca juga: November Lesu, Kinerja Penjualan Eceran RI Kembali Bergairah di Desember
Sementara itu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau hanya tumbuh 0,9 persen yoy, melambat dibandingkan periode sebelumnya.
Secara bulanan, kinerja penjualan eceran pada Januari 2025 mengalami kontraksi sebesar -4,7 persen (month-to-month/mtm), setelah sebelumnya tumbuh 5,9 persen mtm pada Desember 2024.
Sebagian besar kelompok barang mengalami kontraksi, dengan penurunan terdalam terjadi pada:
- Kelompok peralatan informasi dan komunikasi (-11,4 persen mtm)
- Subkelompok sandang (-12,8 persen mtm)
- Kelompok barang budaya dan rekreasi (-6,5 persen mtm)
Di sisi lain, kelompok suku cadang dan aksesori tetap berada di zona ekspansi dengan pertumbuhan 2,8 persen mtm, sehingga membantu menahan penurunan kinerja penjualan lebih dalam.
Penurunan permintaan masyarakat ini disebut terjadi akibat normalisasi aktivitas setelah perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Proyeksi Penjualan Februari 2025: Kontraksi Tahunan, Naik Secara Bulanan
Sementara itu, pada Februari 2025, penjualan eceran diperkirakan mengalami kontraksi secara tahunan, tetapi meningkat secara bulanan.
IPR Februari 2025 diperkirakan mencapai 213,2, atau mengalami kontraksi sebesar -0,5 persen yoy, setelah tumbuh 0,5 persen yoy pada Januari 2025.
Penurunan IPR tahunan terutama disebabkan oleh melemahnya kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang turun cukup dalam, yakni -1,7 persen yoy.
Baca juga: Analis: Ramainya Aksi Buyback Saham Diharapkan Kurangi Volatilitas
Secara bulanan, penjualan eceran diproyeksikan meningkat sebesar 0,8 persen mtm, setelah sebelumnya terkontraksi -4,7 persen mtm pada Januari 2025.
Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan beberapa kelompok barang, antara lain:
- Kelompok peralatan informasi dan komunikasi (6,6 persen mtm)
- Subkelompok sandang (0,6 persen mtm)
- Kelompok bahan bakar kendaraan bermotor (1,3 persen mtm)
Menurut responden, peningkatan kinerja penjualan tersebut didukung oleh meningkatnya permintaan menjelang Ramadan dan persiapan HBKN Idulfitri.
Proyeksi Penjualan April dan Juli 2025
Sementara itu, responden memperkirakan penjualan dalam tiga bulan mendatang, yakni April 2025, akan menurun, sedangkan dalam enam bulan mendatang, yaitu Juli 2025, diperkirakan meningkat.
Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) April 2025 tercatat sebesar 140,1, lebih rendah dibandingkan 154,4 pada periode sebelumnya. Penurunan ini sejalan dengan normalisasi permintaan setelah Ramadan dan HBKN Idulfitri.
Baca juga: Ramadhan dan Idul Fitri, BI Pastikan Ketersediaan Uang Tunai Aman
Sementara itu, IEP Juli 2025 diproyeksikan meningkat menjadi 148,9, lebih tinggi dari 134,8 pada periode sebelumnya, didorong oleh naiknya permintaan selama puncak liburan sekolah.
Proyeksi Tekanan Inflasi
Dari sisi harga, tekanan inflasi dalam tiga bulan mendatang (April 2025) diperkirakan menurun, sementara dalam enam bulan mendatang (Juli 2025) diperkirakan meningkat.
Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) April 2025 tercatat sebesar 159,6, lebih rendah dibandingkan 179,0 pada periode sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh normalisasi harga pasca-Ramadan dan HBKN Idulfitri.
Sementara itu, IEH Juli 2025 diprediksi naik menjadi 155,4 dari sebelumnya 152,3, dipengaruhi oleh perkiraan peningkatan permintaan selama puncak liburan sekolah. (*)
Editor: Yulian Saputra