Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan pada Juli 2023 kinerja penjualan eceran terindikasi melambat. Tercatat, Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2023 tercatat sebesar 203,3 atau secara tahunan tumbuh 1,6 persen yoy, melambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,9 persen.
Berdasarkan rilis yang diterbitkan BI pada Senin (11/9), dari sisi kelompoknya, kelompok yang tercatat tumbuh positif namun melambat yaitu Makanan, Minuman, dan Tembakau 4,8 persen yoy dan Subkelompok Sandang 6,6 persen yoy, sementara Kelompok Suku Cadang dan Aksesori -2,8 persen yoy, tercatat membaik dibandingkan kontraksi pada periode sebelumnya.
Secara bulanan, penjualan eceran pada Juli 2023 turun sebesar 8,8 persen secara bulanan (mtm), lebih dalam dibandingkan kontraksi 0,3 persen mtm pada periode sebelumnya.
Baca juga: Optimisme Konsumen Meningkat di Agustus 2023
Kontraksi penjualan eceran Juli 2023 dipengaruhi oleh penurunan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau -10,9 persen mtm dan perlambatan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 1,9 persen mtm, sejalan dengan normalisasi aktivitas masyarakat setelah periode liburan sekolah dan cuti bersama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha 1444 H.
Kinerja penjualan eceran pada Agustus 2023 diprakirakan tetap kuat, baik secara tahunan maupun bulanan. Hal tersebut tecermin dari IPR Agustus 2023 yang tercatat sebesar 204,4 atau secara tahunan tumbuh positif sebesar 1,3 persen yoy, tetap kuat meski tidak setinggi 1,6 persen yoy pada Juli 2023.
Berdasarkan kelompoknya, Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor terkontraksi -1,9 persen yoy dan Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya -4,1 persen yoy, Subkelompok Sandang 7,2 persen yoy tercatat meningkat, sementara Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau 3,8 persen yoy tercatat melambat.
Secara bulanan, kinerja penjualan eceran pada Agustus 2023 diprakirakan tercatat sebesar 0,5 persen mtm, berbalik arah dari kontraksi 8,8 persen mtm pada bulan sebelumnya.
Peningkatan/perbaikan utamanya terjadi pada Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau 0,7 persen mtm, Suku Cadang dan Aksesoris 0,8 persen mtm, dan Peralatan Informasi dan Komunikasi -2,0 persen mtm, sejalan dengan kenaikan permintaan berkenaan dengan acara Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, cuaca yang mendukung, dan kelancaran distribusi.
Kemudian, pada triwulan III 2023, kinerja penjualan eceran diprakirakan tetap tumbuh meski melambat. Indeks Penjualan Ril triwulan III 2023 diprakirakan tumbuh sebesar 1,4 persen yoy, melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 1,6 persen yoy.
Kelompok yang tercatat mash tumbuh meski melambat yaitu Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau 4,3 persen yoy dan Subkelompok Sandang 6,9 persen yoy.
Pada Juli 2023, penjualan eceran tercatat tumbuh positif meski melambat secara tahunan di beberapa kota cakupan survei. Secara tahunan, kota yang tercatat menjadi penopang pertumbuhan penjualan eceran adalah Kota Bandung 10,6 persen yoy, dikuti Denpasar 9,3 persen yoy dan Jakarta 6,9 persen yoy.
Di sisi lain, beberapa kota mencatat perlambatan, yaitu Kota Surabaya 0,4 persen yoy, Banjarmasin 1,2 persen yoy, dan Medan 49,4 persen yoy, sementara penurunan terjadi di Kota Semarang (termasuk Purwokerto) -39,2 persen yoy dan Manado -3,5 persen yoy.
Secara bulanan, sejumlah kota tercatat turun dan berada pada fase kontraksi terutama di Kota Bandung -14,3 persen mtm, Surabaya -7,6 persen mtm dan Jakarta -0,5 persen mtm.
Selanjutnya, pada Agustus 2023, penjualan eceran pada beberapa kota cakupan survei tercatat tetap tumbuh meski melambat secara tahunan, sementara secara bulanan meningkat. Secara tahunan, peningkatan pertumbuhan terutama tercatat di Kota Jakarta 10,3 persen yoy, Banjarmasin 3,8 persen yoy, dan Makassar 16,5 persen yoy.
Sementara itu, beberapa kota tercatat melambat, yaitu Kota Bandung 1,7 persen yoy dan Medan 41,1 persen yoy. Secara bulanan, kinerja penjualan meningkat pada Kota Surabaya 3,2 persen mtm dan Semarang (termasuk Purwokerto) 0,7 persen mtm setelah terkontraksi pada bulan sebelumnya.
Baca juga: Inflasi Terus Turun, Volatile Food Ikut Terjaga
Responden memprakirakan penjualan relatif stabil pada Oktober 2023 (3 bulan yad), namun diprakirakan turun pada Januari 2024 (6 bulan yad). Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Oktober 2023 tercatat sebesar 133,2, atau stabil dari 133,4 pada periode sebelumnya.
Sementara itu, IEP Januari 2024 tercatat 137,1, lebih rendah dibandingkan 149,9 pada bulan sebelumnya. Penurunan IEP Januari 2024 diprakirakan sejalan dengan kembali normalnya aktivitas masyarakat pasca HBKN Natal dan libur akhir tahun.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada Oktober 2023 dan Januari 2024 (3 dan 6 bulan yad) diprakirakan meningkat. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Oktober 2023 dan Januari 2024 sesuai pola musiman, masing-masing tercatat sebesar 118,7 dan 134,0, lebih tinggi dari periode sebelumnya yang sebesar 115,9 dan 130,0. Peningkatan harga pada Januari 2024 diprakirakan didorong oleh kenaikan harga barang yang umum teradi pada awal tahun. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More
Jakarta – Maya Watono resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN sektor aviasi dan… Read More
Jakarta - PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp158,60… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas melaksanakan langkah-langkah pengawasan secara ketat terhadap PT… Read More
Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (22/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More