Jakarta – Harga minyak sawit (CPO) berpotensi untuk bergerak turun pada hari ini seiring kekhawatiran penguatan mata uang ringgit serta potensi berlanjutnya penurunan harga minyak kedelai berjangka.
Research Staff & Market Analyst Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan, penguatan ringgit, mata uang perdagangan minyak sawit, biasanya akan membuat harga minyak nabati ini menjadi lebih mahal untuk pemilik mata uang lainnya.
Ringgit sendiri menguat 0,15% di level USD3.8880 pada pukul 11:41 WIB, dekat level terendah dalam hampir tiga pekan.
Baca juga: Outlook Penurunan Ekspor Berpotensi Bebani Harga CPO
“Harga minyak kedelai berjangka pada hari Kamis berakhir melemah, dengan para trader yang mengunci keuntungan setelah naik selama tiga sesi beruntun setelah perkiraan untuk prospek hujan di Argentina telah meningkat,” jelas Faisyal di Jakarta, Senin, 19 Febuari 2018.
Ia menjelaskan, proyeksi cuaca di Argentina sendiri akhir-akhir ini telah memicu kekhawatiran untuk adanya kekeringan di negara eksportir kedelai terbesar nomor 3 di dunia.
“Potensi pergerakan pada hari ini akan berkisar di antara 2.450 – 2.550 ringgit per ton. Untuk sisi bawahnya, sebelum menuju ke 2.450 harga harus melewati area 2.480 terlebih dahulu. Dan untuk sisi atasnya, sebelum menargetkan ke area 2.550, harga harus melewati area 2.520 terlebih dahulu,” jelasnya. (*)
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup positif di level 7.164 atau menguat 1,82… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka naik 0,11 persen ke level 7.172,25… Read More
Jakarta – Nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tecermin dari indeks… Read More
Jakarta - Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari ini, Senin, 6 Januari… Read More
Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More
Jakarta – Rencana pemerintah untuk menghapus utang 67 ribu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)… Read More