Jakarta – PT Mark Dynamics Indonesia Tbk menyebut pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan sejumlah komponen biaya perseroan mengalami kenaikan. Kendati demikian, perseroan dapat menekan dampak negatifnya dengan memperbesar porsi ekspor.
Presiden Direktur Mark Dynamics Ridwan menyampaikan dalam beberapa waktu terakhir, volatilitas rupiah yang sangat tajam memang memengaruhi struktur biaya produksi perseroan. Namun, perseroan juga mendapat berkah dari selisih kurs penjualan ekspor.
“Meski sebagian besar komponen biaya kami berdenominasi dolar, penjualan kami mayoritas untuk pasar ekspor sehingga kami membukukan pendapatan yang lebih tinggi dari selisih kurs,” ungkap Ridwan melalui keterangan resmi, Kamis, 7 September 2018.
Ridwan menjelaskan emiten dengan sandi MARK tersebut memiliki struktur biaya produksi dengan komponen impor yang tinggi, dengan kisaran sekitar 50% dari total biaya. Untuk bahan baku, perseroan pun sudah mengamankan persediaan untuk periode tertentu.
Saat ini, porsi ekspor MARK mencapai 90% dari total penjualan perseroan. menurut Ridwan, komposisi ekspor yang sangat dominan tersebut menjadi skema natural hedging bagi perseroan sehingga mampu mempertahankan struktur biaya rendah.
Baca juga: IPO PT Mark Dinamics
Adapun, produsen catakan sarung tangan karet nasional tersebut menargetkan pendapatan sepanjang tahun ini dapat mencapai Rp310,5 miliar. Hingga semester I/2018, perseroan sudah mengantongi Rp155,45 miliar atau mencapai 50,1% dari target pendapatan perseroan sepanjang 2018.
Sementara itu, perseroan menargetkan laba bersih setelah pajak dapat mencapai Rp72 miliar pada 2018. Hingga semester I/2018, perseroan pun sudah meraup Rp36,54 miliar, atau sekitar 50% dari total target laba bersih 2018.
Berdasarkan catatan perseroan, saat rupiah sempat melemah pada 2017 lalu, kinerja perseroan cenderung tidak terpengaruh bahkan tetap membukukan kenaikan. “Dengan nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp15.000, kami optimistis target 2018 tetap dapat tercapai,” kata Ridwan.
Ridwan menjelaskan perseroan juga menjaga pengelolaan utang tetap pada level sesuai, terutama yang berdenominasi dolar. Rasio perputaran utang tercatat masih lebih besar dibanding rasio perputaran piutang. Rasio perputaran utang pada 2016 sebesar 25,6 dan 9,7 pada 2017 , sedangkan rasio perputaran piutang pada 20 1 6 sebes ar 4 ,8 dan 4,2 pada 2017.
Perseroan juga memiliki pinjaman bank dalam mata uang dolar yang ditujukan untuk membiayai modal kerja dengan rasio terhadap modal yang masih rendah yaitu sebesar 0,16 pada 2017, sehingga perseroan masih dapat meminimalisasi dampak fluktuasi nilai tukar dolar. (*)
Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More
Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More
Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More