Jakarta – PT Jaya Bersama Indo Tbk (Perseroan), pengelola jaringan restoran chinese food terbesar di Indonesia resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Emiten dengan kode perdagangan “DUCK” tersebut, menawarkan sebesar 513.330.000 lembar saham dengan harga Rp 505 per saham melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO). Nilai tersebut, setara dengan 40% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah IPO.
Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan ini mendapatkan respon yang positif dan antusiasme dari masyarakat yang besar, dimana tercermin dari over subscribe pooling yang mencapai lebih dari 80x.
Hal ini terjadi terutama disebabkan oleh kinerja keuangan Perusahaan yang baik dan harga penawaran saham yang menarik yaitu valuasi Price Earning Ratio (PER) tahun 2018 sebesar 5,8x dengan asumsi menggunakan proyeksi net income tahun 2018.
Perseroan menjadi emiten ke-43 yang tercatat di BEI tahun 2018 atau emiten ke-606. Dalam aksi korporasi ini, Perseroan menunjuk
PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, PT Danareksa Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Menurut Direktur Perseroan, Dewi Tio dalam hajatan ini, pihaknya mengadakan program Employee Stock Allocartion (ESA) dengan mengalokasikan 0,006% dari jumlah penerbitan saham yang ditawarkan atau sebanyak 30.000 saham.
“Selain itu, Perseroan juga menerbitkan opsi saham untuk program Management and Employee Stock Ownership Program (MESOP) sebanyak-banyaknya 10% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO atau sebanyak-banyaknya 128.333.000 lembar saham,” jelas Dewi di Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018.
Sesuai dengan Prospektus, Perseroan akan mengalokasikan sebesar 80% dana hasil IPO untuk ekspansi bisnis, membuka gerai baru dan merenovasi gerai yang ada. Sedangkan sisanya sebesar 20% untuk modal kerja.
Adapun gerai baru akan dibuka pada sejumlah kota besar di Indonesia antara lain di Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan. Selain itu, Perseroan juga akan berekspansi ke luar negeri dengan menyasar pasar di Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.
Pada tahun 2017, Perseroan berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 23,4% dari Rp436 miliar pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp538 miliar pada tahun 2017. Adapun EBITDA naik 118,2% dari Rp 62 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 134 miliar pada tahun 2017.
Margin EBITDA mencapai 24,9%. Sedangkan net margin tahun 2017 sebesar 13,5%, dengan perolehan laba bersih sebesar Rp 72 miliar.
Sementara itu, Total Aset meningkat 18,3% dari Rp447 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 529 miliar pada tahun 2017. Total Ekuitas naik 32% dari Rp241 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp318 miliar pada tahun 2017. Total Kewajiban naik 2,3% dari Rp206 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp211 miliar pada tahun 2017.
Sedangkan current ratio naik dari 1,9 kali menjadi 2,2 kali. ROE turun dari 36,7% menjadi 22,6%. ROA turun dari 19,7% menjadi 13,6%; dan debt to equity ratio (DER) stabil, yakni sebesar 0,2 kali. (*)
Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More
Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More
Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More