Perbankan dan Keuangan

Pengaduan Masyarakat Soal Bank dan Pinjol Tinggi, OJK: Ini Masalahnya

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, jumlah pengaduan masyarakat kepada para pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) periode 01 Januari hingga 31 Maret 2023 mencapai 19.625 pengaduan. Pengaduan di bidang perbankan adalah yang tertinggi yaitu 9.836, dan secara berurutan diikuti pinjaman online (pinjol) 3.944, multifinance 3.828, asuransi 1.600, dan pasar modal 177.

Bentuk pengaduan yang diadukan kepada perbankan yaitu sistem layanan informasi keuangan (SLIK), permasalahan agunan, penipuan (pembobolan rekening, skimming, phising, social engineering), perilaku petugas penagihan, dan penolakan pelunasan kredit dipercepat.

Sedangkan untuk pengaduan Pinjol, selain prilaku petugas penagihan dan penipuan, adalah permasalahan bunga atau denda, kegagalan atau keterlambatan transaksi dan penyalahgunaan data pribadi. Bentuk pengaduan di multifinance hampir sama dengan pinjol, sedangkan pengaduan di bidang asuransj masih seputar kesulitan klaim dan produk tidak sesuai yang ditawarkan karena misseling dan isi polis yang tidak diketahui.

Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku PUJK, Edukasi dan Perlindungan Konsumen, OJK, mengatakan tingginya pengaduan oleh masyarakat harus menjadi perhatian oleh PUJK, tapi di sisi lain menjadi hal yang positif karena kesadaran masyarakat atas haknya makin terlihat.

“Kesadaran masyarakat atas haknya lebih terlihat di sektor jasa keuangan, kalau dibandingkan dengan konsumen di produk-produk konsumer. Dan kita sedang jika masyarakat penggunan produk jasa keuangan makin well educated dan well literared,” ujar Friderica menjawab pertanyaan Infobanknews.com dalam Focus Group Discussion dengan Senior Editor, 10 April 2023.

Friderica menambahkan, OJK terus berusaha untuk meningkatkan literasi keuangan di masyarakat sebab gap antara tingkat inklusi dan literasi sektor keuangan masih tinggi. Hasil survei nasional 2022 menunjukkan bahwa tingkat literasi meningkat menjadi 49,7%, namun gap-nya masih tinggi karena tingkat inklusi keuangan juga meningkat menjadi 85,1%.

“Selain gap-nya masih tinggi, tingkat literasi dan inklusi keuangan yang tidak merata, dimana terdapat 14 provinsi dengan indeks literasi keuangan dan 15 provinsi dengan indeks inklusi keuangan, di bawah rata-rata nasional,” imbuh wanita cantik yang akrab dipanggil Kiki ini. (*) KM

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Obligasi Hijau, Langkah Pollux Hotels Menembus Pembiayaan Berkelanjutan

Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More

12 hours ago

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

18 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

19 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

20 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

21 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

1 day ago