Moneter dan Fiskal

Pendapatan Negara Naik 50,3%, APBN Kembali Surplus Rp106 Triliun

Jakarta – Kementerian Keuangan RI hingga Juli 2022 mencatat pendapatan negara mencapai Rp1.551 triliun atau tumbuh 50,3% (year on year/yoy). Dengan demikian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mencatatkan surplus Rp106,1 triliun atau 0,57% terhadap PDB.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers APBN KiTa, Kamis, 11 Agustus 2022 mengatakan, surplus APBN didorong dari penerimaan pajak sebesar Rp1.028,5 triliun tumbuh 58,8%, kepabeanan dan cukai sebesar Rp185,1 triliun tumbuh 31,1%, dan PNBP Rp337,1 tumbuh 39,1% secara yoy.

“Inilah yang menggambarkan penerimaan negara tumbuh 50,3%, didukung oleh tumbuhnya pendapatan dari semua komponen. Sementara itu, terdapat antisipasi ke depan atas potensi melandainya harga komoditas,” ujar Sri Mulyani.

Dari sisi belanja negara, sudah terealisasikan sebesar Rp1.444,8 triliun dari APBN Rp3.106,4 triliun atau naik 5,6%. Kemudian, untuk Belanja Pemerintah Pusat (BPP) tumbuh sebesar 8,2% atau Rp1.031,2 triliun secara yoy.

“Ini terutama karena belanja non KL sebesar Rp540,6 triliun, tahun lalu kita belanja non KL hanya Rp403,6 triliun atau tumbuh 33,9% . belanja KL sendiri sebenarnya kontraktif 10,7%,” tambah Menkeu.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, untuk belanja non KL ini terutama dipakai untuk belanja subsidi bantalan atau shock absorber, yang akan mencapai Rp1.355,9 triliun pada tahun 2022.

Sementara itu, untuk TKDD (Transfer ke Daerah dan Dana Desa) terealisasi sebesar Rp413,6 triliun dari Rp804,8 triliun, mengalami penurunan dari Rp415,5 triliun atau 0,5% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.

Baca juga : Perekonomian Pulih, Pendapatan Negara Naik 32,1%

Surplus secara keseluruhan, adalah Rp106,1 triliun, dimana pada bulan Juli tahun lalu defisit Rp336,7 triliun, tetapi pada Juli 2022 menunjukan surplus sebesar Rp106 triliun. Hal tersebut, mengalami pembalikan lebih dari Rp340 triliun hanya dalam waktu 12 bulan. Jadi secara total APBN mengalami surplus sebesar 0,57% dari PDB.

“Kinerja yang sangat baik di semester I ini menjadi bekal untuk APBN tetap menjalankan berbagai fungsi shock absorber, nanti pembayaran subsidi dan kompensasi yang dilakukan di semester-II menjadi lebih bisa diamanakaan, karena kita memiliki posisi yang relatif masih surplus,” imbuhnya. (*) Irawati

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

7 hours ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

9 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

9 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

11 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

17 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

18 hours ago