Nusa Dua – Saat ini, dunia masih diliputi dengan ketidakpastian yang tinggi akibat pandemi. Pemulihan yang mulai tampak tidak terjadi secara merata antara negara maju dan berkembang yang masih berusaha untuk pulih dari pandemi karena akses vaksin yang masih terbatas. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menilai, pemulihan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19 merupakan hal yang sangat kritikal.
Untuk itu, di dalam Presidensi G20 Indonesia, Menkeu meminta semua negara yang tergabung dalam G20 untuk bisa terbuka mengenai apa saja langkah yang akan diambil agar keberlanjutan pertumbuhan ekonomi global bisa secara merata. Dengan sinergi dan koordinasi yang dilakukan antar negara, tentu akan mempercepat proses pemulihan ekonomi. Apalagi, masih banyak negara yang belum mmemenuhi tingkat vaksinasinya kepada warganya.
“Kita minta semua bisa membahas ini secara koheren, terbuka, dan transparan sehingga bisa mencapai hal terbaik untuk kita semua. Saya yakin melalui forum G20 kita akan berdiskusi tidak hanya komunikasi, yang paling penting adalah tindakan atau kebijakan yang membangun kepercayaan global,” ujar Sri Mulyani dalam Seminar Internasional dalam diskusi Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting, di Nusa Dua, Bali, 9 Desember 2021.
Sinkronisasi kebijakan exit strategy dari krisis pandemi, menjadi isu penting yang dibahas dalam G20. Sinergi kebijakan menjadi hal penting untuk menyusun kebijakan bersama keluar dari krisis atau exit strategy menuju pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, momentum G20 akan didorong untuk mempererat sinergi antar negara yang tergabung dalam G20 untuk pulih bersama dari pandemi. Terlebih, negara-negara yang tergabung dalam G20 memiliki kontribusi 80% ekonomi secara global.
“Sinkronisasi kebijakan keluar dari krisis pandemi menjadi isu penting yang dibahas dalam G20. Bagaimana kita pulih bersama. Melalui G20 ini kita akan berdiskusi tidak hanya komunikasi, yang paling penting adalah tindakan atau kebijakan yang membangun kepercayaan global,” ucapnya.
Namun demikian, dirinya tak memungkiri bahwa pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun di seluruh dunia telah memicu ketidakpastian. Untuk itu, ungkap dia, vaksinasi Covid-19, juga menjadi topik utama di dalam forum ini. Menurutnya, banyak negara yang belum mendapatkan distribusi vaksin secara memadai. Banyak negara-negara miskin dan berkembang yang tingkat vaksinasinya masih di bawah 80%, sementara negara maju lainnya sudah lebih dari 80%.
“Vaksinasi tidak merata, karena negara maju mana pun sudah lebih dari 80% populasinya divaksinasi. Tapi beberapa bagian dunia banyak negara berkembang tingkat vaksinasinya masih rendah, seharusnya secara moral itu tidak benar. Dan ini secara moral seharusnya tidak terjadi. Hal ini yang juga menjadi risiko dan realita yang harus kita hadapi dalam pemulihan,” tutupnya. (*)
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan kontribusi terhadap penerimaan negara… Read More
Jakarta - PT Astra Digital Arta (AstraPay) merespons kebijakan anyar Bank Indonesia (BI) terkait biaya Merchant Discount… Read More
Jakarta - Aplikasi pembayaran digital dari grup Astra, PT Astra Digital Arta (AstraPay) membidik penambahan total pengguna… Read More
Labuan Bajo – PT Askrindo sebagai anggota holding BUMN Asuransi, Penjaminan dan Investasi Indonesia Financial… Read More
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto memperoleh tanda kehormatan tertinggi, yakni “Grand Cross of the Order… Read More
Jakarta – PT PLN (Persero) telah melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pada Kamis (14/11).… Read More