Ilustrasi: Pemerintah tarik utang baru. (Foto: istimewa)
Poin Penting
Jakarta – Kementerian Keuangan telah melakukan penarikan utang sejumlah Rp501,5 triliun per September 2025. Angka tersebut setara 68,6 persen dari target outlook Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 senilai Rp731,3 triliun.
“Pembiayaan utang saat ini telah direalisasikan Rp501,5 triliun dari rencana sebesar Rp731,5 triliun. Jadi pembiayaan utang kita sekitar 68,6 persen dari targetnya,” ujar Suahasil Nazara, Wakil Menteri Keuangan dalam Konferensi Pers APBN KiTa, dikutip, Rabu, 15 Oktober 2025.
Sementara itu, pembiayaan non-utang mencapai minus Rp43,5 triliun atau 62,6 persen dari target outlook APBN 2025. Pembiayaan non-utang ini artinya tidak menambah utang melainkan berinvestasi di sektor tertentu.
Baca juga: BI Catat Utang Luar Negeri Melambat Jadi USD431,9 Miliar pada Agustus 2025
Sehingga, realisasi pembiayaan APBN secara keseluruhan hingga 30 September 2025 mencapai Rp458 triliun atau 69,2 persen dibandingkan dengan outlook Rp662 triliun.
“Pembiayaan kita bukan hanya pembiayaan utang, tapi juga ada pembiayaan non-utang. Ada yang sifatnya dari valuta asing, ada yang sifatnya dari pembiayaan rupiah,” jelasnya.
Dalam bahan paparannya, disebutkan bahwa Outlook Lapsem memperkirakan defisit APBN sebesar 2,78 persen Produk Domestik Bruto (PDB), yang akan dipenuhi dari pembiayaan utang sebesar Rp731,5 triliun.
Baca juga: Menkeu Purbaya Pastikan Pengelolaan APBN 2026 Tepat Sasaran dan Berkelanjutan
Suahasil menjelaskan, pemenuhan pembiayaan utang berjalan on track dan antisipatif dengan berbagai langkah mitigasi risiko, antara lain melalui pelaksanaan prefunding, cash buffer yang memadai, dan active cash & debt management.
“Di samping strategi tersebut, membaiknya kondisi pasar keuangan juga mendukung terjaganya pemenuhan pembiayaan utang,” tutup Suahasil. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More
Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More