Lebih lanjut dia mengungkapkan, kenaikan tarif listrik melalui skema pencabutan subsidi listrik 18,7 juta pelanggan 900 Volt Ampere (VA), dianggap akan menjadi salah penyumbang inflasi terbesar di tahun ini, meskipun kenaikan tarif listrik tersebut dibagi menjadi setiap tiga bulan sekali.
“Karena administered prices-nya saja sudah mulai bergerak sejak bulan pertama dan masih ada kemungkinan-kemungkinan lain,” ucapnya.
Baca juga: Inflasi Administered Prices Picu Perlambatan Ekonomi 2017
Kendati demikian, kata dia, untuk menyeimbangkan komponen inflasi administered prices di tahun ini, pemerintah akan menjaga dari sisi komponen inflasi volatile food. Meski sejauh ini inflasi yang bersumber dari volatile food masih sulit dikendalikan lantaran sangat bergantung pada kondisi cuaca dan musim panen.
“Misalnya saja beras dengan padi hujannya ada tapi enggak banyak-banyak amat, kalau banyak banjir ya baru rusak. Jadi saya sulit mengatakan seperti apa persisnya, tapi kita coba kendalikan supaya tidak lebih dari 4 persen inflasinya,” tutup Darmin. (*)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More