Jakarta – Pemerintah bertekada untuk melakukan penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN). Terkait hal tersebut, pemerintah akan melakukan perubahan pada sisi belanja negara, dan disampaikan melalui perubahan asumsi sejumlah indikator dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2016 yang akan diajukan pemerintah kepada DPR-RI pada Mei mendatang.
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegara mengatakan, di sisi belanja, rencananya belanja kementerian/lembaga itu turun dari Rp784 triliun menjadi kira-kira Rp738 triliun atau turun sekitar Rp45,5 triliun. Sedangkan belanja non kementerian/lembaga diperkirakan naik Rp9,6 triliun.
“Tadi menyambung yang disampaikan Pak Seskab, di dalam penurun Rp45,5 triliun untuk belanja kementerian/lembaga, ada penghematan belanja kementerian/lembaga yaitu sebesar Rp50,6 triliun, tapi juga ada tambahan belanja untuk keperluan yang mendesak sebesar Rp5,2 triliun,” ungkap Bambang.
Penghematan sebesar Rp 50,6 triliun itu, lanjut Menkeu, diharapkan bisa dicapai dengan efisiensi belanja operasional (belanja perjalanan dinas, paket meeting (paket rapat, paket pertemuan), kemudian belanja jasa (pembayaran listrik, telepon, air serta jasa lainnya), serta pembangunan gedung baru. “Dari efisiensi ini diharapkan bisa dihemat sekitar Rp22,5 triliun untuk seluruh kementerian/lembaga,” ujarnya.
Kemudian, sisanya diharapkan dari efisiensi belanja lainnya. Menkeu menunjuk contoh belanja pemeliharaan maupun pengadaan peralatan kantor, belanja iklan, belanja modal non-infrastruktur, contohnya gedung kantor, serta kendaraan operasional maupun kendaraan dinas dari kementerian.
“Kemudian juga kita harapkan ada penghematan di belanja bantuan sosial (bansos), serta kegiatan prioritas dan pendukung yang setelah dikaji ulang itu ternyata tidak mendesak, itu bisa ditunda,” papar Bambang.
Pemerintah juga berharap ada penghematan dari hasil lelang, terutama dari hasil lelang proyek-proyek infrastruktur. Kemudian juga hasil optimalisasi mengurangi honorarium kegiatan, serta menunda sebagian belanja yang diperkirakan tidak akan bisa dieksekusi pada tahun ini.
“Itu adalah program penghematan yang harapannya yang tahap kedua itu bisa Rp29,2 triliun, sehingga total Rp50,6 triliun,” jelas Menkeu.
Pemerintah juga akan melakukan penghematan atau di sisi lain subsidi bahan bakar minyak, khususnya untuk LPG yang diharapkan bisa berkurang sampai Rp23,8 triliun. “Tapi tentu saja ada tambahan subsidi listrik karena penyesuaian harga untuk kelas 900 MW masih ditunda sampai bulan Juli,” terang Menkeu.
Kemudian yang lainnya, lanjut Menkeu, kalau transfer ke daerah diperkirakan akan berkurang Rp12 triliun sebagian adalah karena dana bagi hasilnya turun sesuai dengan perubahan harga migas maupun harga bahan tambang.
Sedang Kemudian yang terkait DAK (Dana Alokasi Khusus) baik fisik maupun non fisik, diharapkan ada penghematan Rp8,3 triliun. Selain itu ada dana tambahan yang akan dikeluarkan untuk infrastruktur di Papua.(*)
Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More
Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More
Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More