Keuangan

Pembukaan IFSE 2024, Bos OJK Ungkap Pengaruh Geopolitik terhadap Ekosistem Fintech

Jakarta – Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) resmi membuka Indonesia Fintech Summit Expo (IFSE) 2024 yang akan berlangsung pada 12-13 November 2024.

Dalam kesempatan ini, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar memaparkan tantangan industri fintech di masa mendatang. Salah satu yang Mahendra sorot adalah pengaruh geopolitik.

“Persaingan geopolitik antara dua negara super power ini semula berawal dari persaingan kepentingan, memengaruhi perkembangan dunia berdasarkan kepentingan politik masing-masing,” terang Mahendra pada Selasa, 12 November 2024.

Baca juga: Peluncuran Bulan Fintech Nasional, OJK Tekankan Pentingnya Literasi untuk Masyarakat

Negara yang dimaksud Mahendra ini tentunya adalah Tiongkok dan Amerika Serikat. Persaingan ini merembet ke bidang-bidang lain, dan sekarang sudah masuk ke ranah dunia digital dan teknologi, termasuk artificial intelligence (AI).

Tiongkok menguasai industri pembuatan semikonduktor dan bahasa komputer. Sementara, AS cenderung menguasai manufaktur teknologi secara keseluruhan. Pertikaian ini pada akhirnya memengaruhi dunia dari berbagai aspek.

“Fenomena yang terjadi di tengah kondisi dunia yang tidak harmonis dalam perspektif geopolitik, berpengaruh kepada ekonomi, perdagangan, investasi, sampai kepada pengembangan dan pemanfaatan dari teknologi digital,” jelas Mahendra.

Baca juga: Sentimen Kripto Naik usai Trump Terpilih Jadi Presiden AS, Begini Respons OJK

Poin terakhir menjadi penting, karena ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi digital, yang kerap bergantung terhadap pemanfaatan fintech. Menyikapi ini, Mahendra menegaskan peran OJK sebagai pengawas keuangan dan meregulasi industri yang ada di dalamnya, termasuk fintech.

Mahendra menekankan pentingnya tata kelola yang baik di industri keuangan, bersamaan dengan pengelolaan dan manajemen risiko. Menurutnya, ini merupakan fondasi dari pengembangan industri fintech yang baik dan bertanggung jawab.

Baca juga: Kondisi Keuangan Bikin Khawatir? Simak 4 Tips Atasi Kecemasan Finansial ala Jagoan Kampus

Tidak hanya itu, Mahendra juga melihat masih banyak negara yang belum meregulasi fintech sebaik OJK. Tiap-tiap negara, menurut Mahendra, masih memiliki fokus yang terpecah terkait industri.

“Mayoritas dari negara lain yang regulatornya belum bisa menetapkan secara utuh spesifik (regulasi) yang mana,” ungkap Mahendra.

“Ada aspek fokus kepada pengembangan teknologinya, ada yang fokus kepada aspek pengembangan fintechnya secara spesifik dan ada juga yang khawatir dan sangat cemas terhadap isu-isu governance, risk management dan compliance,” imbuhnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Yulian Saputra

Recent Posts

Milenial Merapat! Begini Cara Mudah Memiliki Rumah Tanpa Beban Pajak

Jakarta - Pemerintah telah menyediakan berbagai program untuk mendorong industri perumahan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah… Read More

6 hours ago

Indonesia Dorong Komitmen Pendanaan Iklim yang Lebih Adil di COP29

Jakarta – Indonesia dan negara berkembang lainnya menuntut komitmen lebih jelas terhadap negara maju terkait… Read More

7 hours ago

Kapal Milik PHE OSES Selamatkan 4 Nelayan yang Terombang-Ambing di Laut Lampung Timur

Jakarta – Kapal Anchor Handling Tug and Supply (AHTS) Harrier milik Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE… Read More

7 hours ago

Bos Bangkok Bank Ungkap Alasan di Balik Akuisisi Permata Bank

Bangkok – Indonesia dianggap sebagai pasar yang menarik bagi banyak investor, khususnya di kawasan Asia… Read More

8 hours ago

Dukung Program 3 Juta Rumah, BI Siapkan Dua Kebijakan Ini

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mendukung program pembangunan 3 juta rumah Presiden Prabowo Subianto yang… Read More

9 hours ago

Koperasi Konsumen Bank Nagari jadi Role Model Holdingisasi Koperasi

Padang - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono mengapresiasi kinerja Koperasi Konsumen Keluarga Besar (KSUKB)… Read More

9 hours ago