Jakarta – Alhamdulillah, sampai akhir tahun 2020, PT Bank BTPN Syariah Tbk mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp9,5 triliun, tumbuh 6% dibanding periode sebelumnya sebesar Rp9 triliun.
Pertumbuhan pembiayaan yang positif tersebut juga disertai dengan kualitas pembiayaan yang baik, di mana BTPN Syariah berhasil menjaga NPF (Non Performing Financing) di posisi 1,9%.
“Kami meyakini dalam melayani segmen prasejahtera produktif yang menjadi fokus BTPN Syariah, langkah berkesinambungan dalam memberdayakan yang telah dilakukan lebih dari satu dekade menjadi salah satu faktor penting dalam membantu menghadapi situasi sulit nasabah seperti di masa pandemi ini,” tukas Hadi Wibowo, Direktur Utama BTPN Syariah di Jakarta, Rabu (10/2/2021).
Hubungan yang dijalin secara intensif serta terukur dari para #bankirpemberdaya di lapangan yang disebut “community officer” menumbuhkan kepercayaan yang positif di diri nasabah bahwa mereka bisa menghadapi tantangan dengan optimis dan tangguh bersama di masa pandemi ini.
“Banyak pelajaran yang bisa dipetik dalam masa pandemi ini. Pelan tapi pasti, kami menyaksikan nasabah kami terus bergerak menjadi adaptif, kreatif, positif dan pantang menyerah dalam menghidupkan kembali maupun menjalankan usahanya,” imbuh Hadi.
Dia menyebut, upaya perseroan sejak awal dalam membangun empat perilaku unggul (BDKS) yaitu Berani, Disiplin, Kerja Keras dan Saling Bantu menjadi amunisi para nasabah dalam menjalani usaha di tengah pandemi. Mereka menjadi gigih dan tangguh sehingga roda usahanya bisa kembali dan terus berjalan.
“Meski, kami menyadari bahwa BTPN Syariah bukanlah satu-satunya yang menjadi faktor penentu pencapaian tersebut. Peran semua stakeholder juga menjadi penentu yang signifikan, seperti karyawan yang disebut #bankirpemberdaya, gigih dalam menjalankan amanahnya, nasabah pendanaan yang mempercayakan dana mereka untuk disalurkan kepada seluruh nasabah prasejahtera produktif, para pemegang saham yang merestui aspirasi Bank serta dukungan dari regulator serta pemerintah yang terus berupaya terbaik melalui progam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” tegas Hadi.
Adapun sampai akhir Desember 2020, Bank masih memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang kuat di posisi 49,4%, jauh di atas rata-rata industri. Total aset tumbuh 7% (YoY) menjadi Rp16,4 triliun dari Rp15,4 triliun. Dana pihak ketiga tumbuh 4% (YoY) menjadi Rp9,8 triliun dari Rp9,4 triliun. Sementara laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp855 miliar. (*)
Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More
Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More
Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More