Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat kebutuhan pembiayaan korporasi pada Agustus 2023 terindikasi melambat. Hal tersebut tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 14,7 persen, meski melambat dibandingkan SBT 17,6 persen pada Juli 2023.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, pertumbuhan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh sektor Infokom dan Industri Pengolahan, sementara perlambatan terjadi pada sektor Pertanian, sektor Perdagangan, serta sektor Transportasi dan Pergudangan.
“Perlambatan yang terjadi terutama sebagai dampak penurunan kegiatan operasional karena lemahnya permintaan domestik dan ekspor serta penundaan sejumlah rencana investasi,” ujar Erwin dalam keterangannya, Selasa 19 September 2023.
Responden menyampaikan bahwa kebutuhan pembiayaan pada periode laporan terutama masih dipenuhi dari dana sendiri 62,0 persen yang tercatat meningkat dibandingkan Juli 2023 59,6 persen, demikian juga dengan pembiayaan yang bersumber dari perbankan dalam negeri 12,0 persen yang tercatat meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,1 persen.
Baca juga: Bank Mau Dapat Insentif Likuiditas Penyaluran Kredit, Ini Sektor Pilihan BI
Sementara itu, sumber pembiayaan yang berasal dari pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik 4,0 persen terindikasi lebih rendah dibandingkan bulan Juli 2023 sebesar 7,1 persen.
Kemudian, kebutuhan pembiayaan korporasi 3 bulan yang akan datang atau November 2023 diprakirakan meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan SBT 23,6 persen. Pertumbuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional sebesar 87,0 persen dan mendukung aktivitas investasi 26,7 persen.
“Responden menyampaikan bahwa pemenuhan kebutuhan dana 3 bulan mendatang mayoritas masih dipenuhi dari dana sendiri sebesar 74,8 persen yang lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 68,6 persen, dikuti pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik 14,5 persen dan pembiayaan yang bersumber dari pengajuan kredit baru ke perbankan dalam negeri 13,0 persen yang keduanya terindikasi lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya,” jelasnya.
Pada Agustus 2023, permintaan pembiayaan olhe rumah tangga melalui utang atau kredit terpantau relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari responden rumah tangga yang melakukan penambahan pembiayaan melalui utang/kredit pada Agustus 2023 sebesar 11,9 persen dari total responden, relatif stabil dibandingkan dengan 11,4 persen pada bulan sebelumnya.
“Sumber utama pemenuhan pembiayaan rumah tangga pada Agustus 2023 berasal dari pinjaman bank umum dengan pangsa sebesar 39,8 persen , lebih tinggi dibanding 37,1 % pada bulan sebelumnya,” kata Erwin.
Selain itu, aternatif sumber pembiayaan lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan rumah tangga yaitu koperasi dan leasing, dengan pangsa masing-masing sebesar 22,3 persen dan 13,5 persen.
Berdasarkan jenis penggunaan, mayoritas pembiayaan yang diajukan oleh responden rumah tangga pada Agustus 2023 adalah Kredit Multi Guna (KMG) dengan pangsa sebesar 42,2 persen dari total pengajuan pembiayaan baru.
“Jenis pembiayaan lainnya yang diajukan oleh responden adalah Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebesar 9,6 persen, kredit peralatan rumah tangga 12,1 persen, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 9,1 persen, dan kartu kredit 6,1 persen,” pungkasnya.
Baca juga: Hapus Tagih Kredit “Mangkrak” Jangan Mengundang Moral Hazard yang Lain
Berdasarkan hasil survei periode Agustus 2023, permintaan kredit rumah tangga yang terjaga terutama didukung ole peningkatan pengajuan kartu kredit dan KPR.
Menurut tingkat pengeluaran responden, mayoritas pengajuan pembiayaan pada Agustus 2023 masih dilakukan oleh rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp3-5 juta per bulan, yaitu sebesar 42,8 persen dari total pengajuan, relatif stabil dibanding bulan sebelumnya.
Sementara, pengajuan dari rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp1-3 juta per bulan terpantau menurun dengan pangsa sebesar 37,3 persen. Di sisi lain, pengajuan dari rumah tangga dengan tingkat pengeluaran di atas Rp5 juta per bulan terpantau meningkat pada Agustus 2023 dengan pangsa sebesar 19,9 persen.
Selanjutnya, rencana penambahan pembiayaan oleh rumah tangga ke depan diprakirakan stabil pada Agustus 2023. Hal ini terindikasi dari responden yang berencana melakukan penambahan pembiayaan ke depan sebesar 6,5 persen pada Agustus 2023, relatif stabil dibanding 7,2 persen pada bulan sebelumnya.
“Secara lebih detil, 0,8 persen responden rumah tangga yang disurvei pada Agustus 2023 berencana menambah pembiayaan pada 3 bulan mendatang, sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya,” tambahnya.
Di sisi lain, sebesar 1,5 persen merencanakan pengajuan kredit/utang pada 6 bulan mendatang, serta 2,1 persen responden menyatakan berencana melakukan penambahan pembiayaan pada 12 bulan ke depan dan lebih dari 12 bulan ke depan, kedua rencana tersebut relatif stabil dari hasil survei periode sebelumnya.
Sementara itu, pada rencana pengajuan pembiayaan ke depan, bank umum diprakirakan masih meniadi sumber utama pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan utang/kredit dengan pangsa 46,4 persen, terpantau relatif stabil dibandingkan dengan hasil survei periode sebelumnya dengan pangsa 46,7 persen.
“Sumber pembiayaan lain yang dipilih responden rumah tangga untuk memenuhi pembiayaan ke dean adalah koperasi 19,0 persen, dan leasing 17,9 persen,” imbuhnya.
Pada Agustus 2023, jenis pembiayaan yang paling banyak diajukan oleh responden rumah tangga pada periode ke depan adalah KMG dengan pangsa 41,6 persen, menurun dibanding Juli 2023 sebesar 43,7 persen.
Baca juga: Kredit Perbankan Tumbuh 8,5 Persen Jadi Rp6.663 Triliun
“Hal yang sama juga terjadi pada pengajuan KKB yang diprakirakan menurun dengan pangsa sebesar 20,8 persen. Di sisi lain, pengajuan pembiayaan kredit peralatan rumah tangga, KPR, dan kart kredit diprakirakan meningkat dengan pangsa masing-masing sebesar 10,0 persen, 21,9 persen, dan 2,9 persen.
Pada 3 bulan mendatang, mayoritas jenis pembiayaan yang akan diajukan oleh rumah tangga adalah KMG sebesar 41,2 persen, lebih rendah dibandingkan hasil survei bulan sebelumnya sebesar 63,2 persen.
“Sementara itu, kebutuhan terhadap KKB sebesar 17,6 persen, kredit peralatan rumah tangga 11,8 persen, dan KPR 17,6 persen diprakirakan meningkat pada 3 bulan mendatang,” terangnya.
Pada 6 bulan mendatang, mayoritas kebutuhan pembiayaan yang direncanakan oleh responden rumah tangga adalah KMG sebesar 46,9 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebear 38,8 persen.
“Demikian juga kebutuhan terhadap KPR sebesar 10,9 persen dan kartu kredit 1,6 persen masing-masing diprakirakan sedikit meningkat dan relatif stabil. Di sisi lain, kredit peralatan rumah tangga sebesar 15,6 persen dan KKB 23,4 persen diprakirakan menurun pada 6 bulan mendatang,” ungkap Erwin. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More