Headline

Peluang Pelonggaran Moneter Masih Ada

Jakarta– Bank Sentral dalam pernyataannya setelah Rapat Dewan Gubernur yang digelar dua hari yaitu 16-17 Maret lalu menekankan akan lebih berhati-hati dalam menentukan pelonggaran moneter selanjutnya dengan mempertimbangkan asesmen dan prakiraan menyeluruh atas kondisi makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan domestik serta perkembangan ekonomi global. Dewan Gubernur juga menyatakan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter. Fokus dalam jangka pendek ke depan akan lebih menekankan pada penguatan kerangka operasional melalui penerapan struktur suku bunga operasi moneter yang konsisten.

Apakah masih ada peluang bagi Bank Sentral kembali melonggarkan kebijakan moneter setelah sepanjang Januari hingga Maret Bank Sentral telah menurunkan BI Rate 75 bps, dan GWM Primer 100 bps? Nampaknya peluang untuk melakukan pelonggaran masih ada. Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W Martowardojo hari ini mengatakan untuk mempertimbangkan bentuk perubahan stance moneter. BI, lanjutnya, akan melihat makro ekonomi, serta stabilitas sistem keuangan global dan domestik.

“Kita sangat mempertimbangkan makro ekonomi. Kita lihat ada peluang, tapi kita sangat hati-hati kemungkinan kalau ada pelonggaran lagi,” kata Agus usai Ibadah Sholat Jumat 18 Maret 2016.

Terpisah, Leo Rinaldy Ekonom, Riset Mandiri Sekuritas mengatakan, bank sentral masih berpotensi untuk memangkas suku bunga sekali lagi sebesar 25bps menjadi 6,5%. Mandiri Sekuritas memperkirakan pemotongan kembali suku bunga acuan kemungkinan dilakukan pada April 2016.

“Kemungkinan tersebut, menurut kami, adalah hal yang mungkin dengan asumsi risiko domestik dan eksternal yang terukur (manageable) pada periode tersebut,” kata Leo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat 18 Maret 2016.

Pasalnya, tekanan inflasi akan sejalan dengan target Bank Indonesia sebesar 4% ± 1%. Inflasi inti berlanjut akan flat di level 3,6% secara year on year, kemungkinan hingga akhir semester pertama 2016. Sementara inflasi indeks harga konsumen (headline inflation) dapat lebih rendah karena pemerintah berniat memangkas harga BBM pada April 2016.

Di sisi lain, rupiah diprediksi akan tetap tenang pada semester pertama 2016. Produk derivatif non-deliverable forward (NDF) kontrak 3-bulan rupiah saat ini ditransaksikan pada nilai Rp13.231/US$ di mana volatilitas nilai tukar berlanjut melunak.

“Sebagai tambahan, kami meyakini penurunan BI rate kemarin sebaiknya dibarengi dengan beberapa langkah seperti, kebijakan lain, yakni penurunan suku bunga instrumen Open Market Operation (OMO) secara berkelanjutan dan juga menurunkan rasio giro wajib minimum (GWM) jika diperlukan. Selanjutnya, belanja fiskal yang kuat untuk mendukung pengganda (multiplier) belanja dan likuiditas,” tutupnya.(*)

Editor : Apriyani K

admin

Recent Posts

Daftar 5 Saham Pendorong IHSG Selama Sepekan

Poin Penting IHSG menguat 1,46 persen ke 8.632,76, mendorong kapitalisasi pasar BEI naik 1,39 persen… Read More

2 hours ago

OJK Tuntaskan Penyidikan Dugaan Tindak Pidana Kredit Fiktif di Bank Kaltimtara

Poin Penting OJK dan Polda Kalimantan Utara menuntaskan penyidikan dugaan tindak pidana perbankan di Bank… Read More

3 hours ago

Rapor Bursa Sepekan: IHSG Naik 1,46 Persen, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp15.844 Triliun

Poin Penting IHSG naik 1,46 persen ke level 8.632,76, diikuti kenaikan kapitalisasi pasar 1,39 persen… Read More

3 hours ago

NII Melonjak 44,49 Persen, Analis Kompak Proyeksikan Kinerja BTN Bakal Moncer

Poin Penting NII BTN melonjak 44,49 persen yoy menjadi Rp12,61 triliun pada kuartal III 2025,… Read More

15 hours ago

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

17 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

18 hours ago